Adilah menyampaikan bahwa orang tua maupun guru bisa menggunakan acuan ini untuk mengobservasi apakah anak mengalami kebutuhan khusus, sehingga bisa dilakukan intervensi atau pendampingan lebih lanjut.
Salah satu kekuatan buku ini adalah penjelasan tentang metode Montessori, yang menurut Adilah sangat sejalan dengan nilai-nilai pendidikan inklusif.
“Montessori itu menghargai keberagaman, menghormati keunikan setiap anak. Ini yang kami terapkan di Sekolah Zivana,” ungkapnya.
Buku ini juga memuat studi kasus penerapan pendekatan Montessori di Sekolah Zivana. Adilah berbagi pengalaman nyata mengenai perkembangan anak-anak di sekolah tersebut, termasuk bagaimana pendekatan ini berdampak pada anak-anak dengan kebutuhan khusus.
“Saya ceritakan bagaimana hasilnya, seperti apa prosesnya, dan harapan ke depan,” katanya.
Adilah sendiri menyebut bahwa buku ini lahir dari pengalaman hampir 15 tahun mendampingi anaknya yang mengalami gangguan pendengaran.
Ia pernah mengalami betapa sulitnya mencari sekolah inklusi, hingga akhirnya memilih membawa anaknya bolak-balik Jakarta demi terapi pendengaran.
Ia memiliki keinginan kuat agar meski tuna rungu, anaknya bisa berbicara secara verbal dan diterima di lingkungannya. “Anak saya pernah dibiarkan sendiri di kelas karena guru tidak tahu bagaimana mendampingi. Itu yang memicu saya untuk belajar dan kemudian membagikan ini lewat buku,” ceritanya.
Kini, Adilah juga aktif dalam pendidikan anak usia dini dan berperan dalam mengembangkan kurikulum inklusif di lembaganya.