English English Indonesian Indonesian
oleh

Sekolah Pascasarjana Unhas Bahas Peran Seaplane dalam Konektivitas Antarpulau di Sulsel

FAJAR, MAKASSAR-Program Studi Magister Transportasi Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin (Unhas) bekerja sama dengan Dinas Perhubungan (Dishub) Sulsel dan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyelenggarakan kuliah tamu dan diskusi panel di Aula Prof fachruddin, Sekolah Pascasarjana Unhas, Kamis, 24 April 2025.

Temanya, “Peran Pengembangan Seaplane dalam Mendukung Konektivitas Antarpulau di Sulawesi Selatan”. Kegiatan ini menyoroti pengembangan seaplane sebagai salah satu Program Strategis Nasional dan Provinsi Sulawesi Selatan dalam mengatasi tantangan konektivitas di wilayah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal). Acara dibuka Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Prof. dr. Budu, Ph.D.,Sp.M(K),M.MedEd.

Sesi pemaparan menghadirkan narasumber kompeten di bidangnya, yaitu Drs. H. Abd. Rahman Assagaf, M.I. Kom (Wakil Bupati Kabupaten Pangkep), Dr. Ir. Chairul Paotonan, ST.,MT (Ketua Departemen Teknik Kelautan Unhas), dan Capt. Sahattua P. Simatupang MM., MH., CGCAE (Kepala KSOP Utama Makassar).

Diskusi panel semakin kaya dengan tanggapan dari Dr. Ir. Qadriati Dg. Bau, M.Pd. M.Si (Sekretaris Pengurus Masyarakat Transportasi Indonesia) dan Dr. Ir. Ganding Sitepu, Dipl.Ing (Dosen Magister Transportasi Universitas Hasanuddin). Sesi ini dipandu oleh moderator Dr. Ir. Lucky Caroles, ST.,MT (Dosen Magister Transportasi Universitas Hasanuddin).

Kerja sama ini menunjukkan peran aktif perguruan tinggi dalam mendukung program pembangunan di Sulawesi Selatan. Kuliah tamu ini menjadi wadah penyajian informasi terkini bagi mahasiswa serta upaya kolaborasi antar institusi dalam menjawab tantangan pembangunan.

Diskusi menggarisbawahi pentingnya integrasi regulasi, strategi pengembangan jangka pendek dan panjang, serta rencana pembangunan infrastruktur untuk mendukung implementasi seaplane di Sulawesi Selatan, terutama di kota/kabupaten dengan pulau-pulau kecil.

Seaplane Pangkas Waktu Tempuh 20 Jam

Sulawesi Selatan merupakan provinsi dengan banyak daerah kepulauan. Konektivitas antar wilayah menjadi tantangan nyata. Aksesibilitas masyarakat pulau sangat bergantung pada infrastruktur transportasi yang memadai. Itu dirasakan masyarakat di Pulau-pulau seperti di Kota Makassar, Kepulauan Selayar, dan Pangkajene dan Kepulauan.

Pulau-pulau terluar banyak yang berpenghuni. Jauhnya mereka dari pusat kota membuat pelayanan dasar tidak merata. Misalnya pendidikan, kesehatan, ekonomi, bahkan modernisasi.

Jarak Pulau terluar Pangkep, yakni Pulau Pammantuang dan Masalima (Pammas) sekitar 85 km dari ibu kota Kecamatan Liukang Kalmas dan 293 km dari ibu kota Kabupaten Pangkep. Waktu tempuh dengan Kapal bisa mencapai 28 jam.

Dengan kehadiran Seaplane, waktu tempuh untuk jarak demikian bisa terpangkas hingga 20 jam lebih. Kecepatan pesawat amfibi atau Seaplane beragam tergantung jenis pesawat, namun dengan jarak tersebut, rata-rata bisa ditempuh hanya dalam 1-2 jam.

Wakil Bupati Pangkep Abdul Rahman Assagaf memaparkan kondisi geografis Kabupaten Pangkep yang memiliki 133 pulau, dengan 78 pulau diantaranya berpenghuni. Hanya 15 pulau di antaranya yang dapat disinggahi, dengan 5 diantaranya yang memiliki pelabuhan. Selama ini konektivitas kepulauan hanya dengan transportasi laut yang membutuhkan waktu berhari-hari dan berisiko dalam perjalanan.

Terdapat 3 kapal perintis, 1 kapal rede, dan 1 kapal penyeberangan. Mayoritas transportasi masyarakat di pulau hanya mengandalkan kapal tradisional dengan muatan yang terbatas.

“Selama ini konektivitas antar wilayah darat dengan kepulauan masih mengandalkan transportasi laut yang membutuhkan waktu tempuh berhari-hari sehingga sangat berisiko terhadap keselamatan pelayaran,” terangnya.

Ia juga mengungkapkan, kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan terkendala masalah konektivitas. Warga Pulau kurang mendapatkan pelayanan yang memadai akibat keterbatasan infrastruktur. Lalu, soal potensi wisata bahari di wilayah kepulauan, menurutnya cukup besar. Namun belum dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kemakmuran masyarakat, karena berbagai hambatan terutama di bidang transportasi.

“Seperti di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan objek Wisata Bahari Pulau Kapoposang, Gugusan Pulau Spermonde Tangaya, Kalmas dan Geopark Bahari di wilayah Kepulauan Tuppabiring dan Tuppabiring Utara, saat ini belum banyak dikunjungi wisatawan karena terbatasnya moda transportasi,” ulasnya.

Potensi sektor perikanan di Pangkep juga besar, namun belum dikelola secara optimal akibat terbatasnya sarana transportasi laut yang menghubungkan wilayah kepulauan dengan pasar di daratan. Kesenjangan kegiatan pembangunan di wilayah perkotaan/daratan dengan di wilayah kepulauan juga terus berlangsung. (uca/ham)

News Feed