FAJAR, MAROS– Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin melaksanakan program bina desa mahasiswa pada Jumat (25/4) di Desa Damai, Kecamatan Tanralili, Kabupaten Maros. Kegiatan ini merupakan kolaborasi dengan Ikatan Mahasiswa Sastra Daerah (IMSAD) FIB Unhas.
Tema utama kegiatan ini adalah Konservasi dan Dokumentasi Budaya Maudu’ Lompoa di Desa Damai, Kecamatan Tanralili, Maros. Kedatangan tim FIB Unhas disambut hangat oleh ketua adat, kepala dusun, serta warga setempat. Ketua Adat Desa Damai kemudian mengisahkan asal-usul tradisi Maudu’ Lompoa di desa mereka.
“Tradisi ini dibawa oleh almarhum kakek saya yang berasal dari Cikoang, Takalar. Beliau merantau pada tahun 60-an dan sempat berpindah-pindah tempat tinggal, mulai dari Gowa, Makassar, hingga akhirnya menetap di Maros,” jelas Karaeng Nompo’.
Sejak tahun 1980-an, perayaan Maudu’ Lompoa secara rutin dilaksanakan setiap tahun di Desa Damai, tepatnya pada bulan Rabiul Awal. Mirip dengan tradisi di Cikoang, warga Desa Damai juga menggunakan perahu sebagai media utama dalam perayaan ini. Perbedaannya terletak pada penggunaan perahu; di Cikoang, satu perahu dapat digunakan oleh empat hingga lima keluarga, sementara di Desa Damai, satu perahu diperuntukkan bagi satu keluarga.
Meskipun perayaan besar ini tidak pernah absen setiap tahunnya, upaya pelestariannya juga menghadapi tantangan. “Tantangan pasti ada, terutama di era modern ini. Contohnya, saat pandemi kemarin, kami harus bernegosiasi dengan pemerintah agar perayaan tetap bisa dilaksanakan. Syukurlah, akhirnya tetap berjalan meskipun terbatas hanya untuk warga setempat,” ungkap Karaeng Nompo’.
Burhan Kadir, S.S., M.A., A., selaku dosen pendamping, mengapresiasi upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat Desa Damai. Beliau mengungkapkan bahwa selain di Cikoang, perayaan Maudu’ Lompoa kini juga dapat ditemukan di beberapa tempat lain, seperti di Desa Bangkala Barat, Jeneponto.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terjun langsung dan berpartisipasi dalam pengabdian kepada masyarakat melalui Program Bina Desa Mahasiswa. “Salah satu tujuan pentingnya adalah membantu mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan masyarakat, khususnya terkait tradisi Maudu’ Lompoa di Desa Damai, Tanralili, Maros, agar tradisi ini tetap terlaksana dan nilai-nilai luhurnya terjaga,” tegas dosen Departemen Sastra Daerah FIB Unhas ini.
Selain Burhan Kadir, kegiatan ini juga melibatkan sejumlah dosen pendamping lainnya, yaitu A. Tenri Bali Baso, S.S., M.Hum., Indra Mayanti Noer, S.S., M.Hum., dan Khairil Anwar, S.S, M.A. Sebanyak 30 mahasiswa yang tergabung dalam IMSAD turut serta dalam kegiatan yang berlangsung dari pagi hingga menjelang sore ini. (*/)