English English Indonesian Indonesian
oleh

Food Waste: Gaya Hidup atau Ketidakpedulian?

Oleh : Melia Ratu Firyal
Mahasiswa FKM UNHAS

Food waste adalah kondisi ketika makanan yang seharusnya dikonsumsi manusia terbuang tanpa sempat dimakan. Kondisi tersebut dapat terjadi di berbagai tahap, seperti saat proses produksi, pengangkutan, penyimpanan, hingga saat makanan disajikan dan dikonsumsi. Setiap makanan yang terbuang berarti menyia-nyiakan sumber daya seperti air, energi, dan lahan, serta menambah emisi gas rumah kaca dari limbah organik yang membusuk. Food waste mencerminkan pola konsumsi yang tidak bijak dan memperburuk masalah lingkungan serta ketimpangan akses pangan.

Food waste telah menjadi isu global yang semakin memprihatinkan, termasuk di Indonesia. Setiap tahun, jutaan ton makanan terbuang sia-sia, padahal masih banyak masyarakat yang kesulitan mengakses pangan yang layak. Pemborosan ini tidak hanya memperburuk ketimpangan sosial, tetapi juga memperbesar dampak lingkungan. Sisa makanan yang membusuk di tempat pembuangan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang mempercepat krisis iklim.

Sebagai contoh, sebuah studi menyebutkan bahwa 30% dari total produksi makanan global berakhir menjadi sampah, yang berarti kita membuang-buang sumber daya seperti air, energi, dan tenaga kerja petani tanpa rasa tanggung jawab. Pemborosan makanan juga meningkatkan emisi gas rumah kaca, yang merusak lingkungan dan memperburuk perubahan iklim.

Pola konsumsi yang berlebihan menjadi pemicu utama pemborosan makanan. Banyak orang membeli makanan dalam jumlah besar hanya untuk memenuhi keinginan sesaat, bukan kebutuhan. Di kalangan anak muda, tren kuliner, dan tekanan dari media sosial mendorong perilaku konsumtif yang tidak memperhatikan dampak jangka panjang. Banyak anak muda yang terdorong untuk membeli makanan dalam jumlah besar, bukan karena kebutuhan, tetapi untuk menunjukkan gaya hidup mereka di platform sosial. Foto makanan yang diunggah menjadi simbol status atau kepopuleran, padahal sebagian besar makanan tersebut tidak dikonsumsi.

Aktivitas seperti membeli makanan hanya untuk diunggah ke media sosial tanpa benar-benar mengonsumsinya telah menjadi kebiasaan. Makanan yang tidak dimakan kemudian akan berakhir sebagai sampah dan menambah beban pencemaran lingkungan, terutama melalui peningkatan volume limbah organik yang mencemari tanah dan air.

Kebiasaan ini menunjukkan bahwa pemborosan makanan bukan sekadar masalah gaya hidup, melainkan isu serius yang mengancam ketahanan pangan dan kesehatan lingkungan. Mengubah cara pandang terhadap makanan, mulai dari membeli seperlunya hingga menghabiskan apa yang telah disajikan dapat menjadi langkah kecil yang membawa dampak besar. Mengurangi food waste bukan hanya bentuk tanggung jawab pribadi, tetapi juga wujud kepedulian terhadap sesama dan lingkungan.

Fenomena food waste juga mencerminkan ketimpangan sosial yang semakin terlihat. Banyak orang membuang makanan yang seharusnya bisa dikonsumsi, sementara di sisi lain, banyak yang kesulitan mendapatkan makanan yang cukup. Ini bukan hanya masalah etika, tetapi juga moral dan lingkungan. Makanan yang terbuang berkontribusi pada krisis pangan global. Gaya hidup konsumtif yang semakin meluas memperburuk ketahanan pangan. Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya mengurangi pemborosan makanan masih sangat rendah. Banyak yang belum sepenuhnya memahami dampak jangka panjang dari perilaku konsumtif ini, baik terhadap lingkungan maupun ketahanan pangan.

Meski berbagai kampanye telah dilakukan untuk mengurangi food waste, kesadaran masyarakat terhadap isu ini masih terbilang rendah. Solusi yang dibutuhkan tidak hanya peningkatan pemahaman, tetapi juga perubahan gaya hidup konsumtif yang semakin meluas. Langkah pertama yang perlu diambil adalah perubahan dalam kebiasaan membeli dan mengonsumsi makanan. Menghargai makanan dan menghindari pembelian berlebihan menjadi kewajiban untuk mencegah pemborosan yang berujung pada kerugian lingkungan dan sosial. Setiap individu perlu memulai dari diri sendiri untuk mengubah pola konsumsi agar lebih bijak dan bertanggung jawab.
Pemborosan makanan tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga menciptakan ketimpangan sosial yang semakin besar.

Penting bagi kita untuk mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan dari setiap pilihan makanan. Mengurangi food waste memerlukan upaya bersama, mulai dari individu hingga kebijakan yang mendukung pengelolaan sumber daya secara lebih efisien. Langkah-langkah konkret seperti membeli makanan dengan porsi yang sesuai, mengelola sisa makanan dengan baik, serta mendukung kampanye anti-food waste akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi bumi dan masyarakat. (*)

News Feed