Salah satu jalur paling bersejarah adalah Cibatu–Garut–Cikajang. Jalur ini selesai dibangun tahun 1930 oleh R.H.J. Spanjaard dan dikenal sebagai salah satu proyek tersulit masa kolonial karena harus menembus jalur pegunungan yang terjal. Jalur ini hanya dapat dilayani oleh lokomotif besar seperti CC10, CC50, D14, dan DD52.
Pada masa kejayaannya tahun 1970-an, jalur ini menjadi daya tarik bagi para penggemar kereta dari dalam dan luar negeri. Panjang lintasannya mencapai 47 km, dengan bagian Garut–Cikajang sepanjang 28 km.
Jalur ini melintasi Stasiun Wanaraja, Karangpawitan, Garut, Samarang, Kamojan (922 mdpl), Bayongbong (997 mdpl), Cisurupan (1.216 mdpl), dan berakhir di Stasiun Cikajang yang berada di ketinggian 1.246 mdpl—tertinggi di Indonesia.
Dahulu, jalur ini juga digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan teh dari Cikajang, yang merupakan salah satu daerah penghasil teh utama di Garut. Di wilayah ini, Belanda mendirikan sedikitnya lima kebun teh besar: Giriwas, Cisaruni, Cikajang, Papandayan, dan Darajat.
Tak kalah potensial, jalur Banjar–Cijulang juga menawarkan daya tarik tersendiri. Jalur sepanjang 83 km ini melewati sejumlah struktur bersejarah seperti Terowongan Phillip (283 m), Terowongan Hendrik (105 m), Terowongan Cikacepit (340 m), Terowongan Juliana (127,4 m), Terowongan Wilhelmina (1.116 m), serta jembatan-jembatan panjang seperti Jembatan Cipambokongan (284,8 m), Jembatan Cikabayutan (164 m), dan Jembatan Cikacampa (160 m). Jalur ini terhubung dengan destinasi wisata terkenal seperti Pangandaran, yang sudah menjadi tujuan wisata utama di Jawa Barat.