Dimana pada saat Trump memenangkan pemilu presiden AS, inflasi AS turun dari sekitar 9,0 persen pada 2022 menjadi hanya 2,7 persen pada tahun 2024. Penurunan inflasi AS karena kebijakan moneter ketat oleh The Fed.
Tren inflasi AS yang menurun membuat ekspektasi investor akan berakhirnya era suku bunga tinggi semakin besar. Namun, hal ini berubah sejak Trump dilantik sebagai presiden AS pada 20 Januari 2025, ekspektasi inflasi menjadi naik.
Hal ini berarti bahwa era suku bunga tinggi belum akan berakhir. Dimana National Association of Business Economist (NABE) memperkirakan bahwa inflasi sebelum Trump mengumumkan tarif tinggi sebesar 2,3 persen. Angka ini mendekati target inflasi The Fed sebesar dua persen pada 2025.
Pemerlakuan tarif Trump mengubah arah ekspektasi inflasi dan suku bunga The Fed. Dimana inflasi diproyeksikan meningkat menjadi 3,4 persen pada tahun 2025. Sementara suku bunga The Fed diperkirakan tidak akan mengalami perubahan hingga akhir tahun 2025.
Kebijakan tarif Trump membuat harga barang-barang impor AS mengalami kenaikan. Hal ini membuat ekspektasi inflasi AS meningkat. Untuk mempertahankan agar nilai tukar dolar AS terjaga dan menurunkan permintaan uang, maka The Fed akan menjaga suku bunga paling tidak sama seperti sekarang, sebesar 4,5 persen.
Lalu, apa yang dapat dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) untuk menjaga agar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tetap terjaga? Langkah pertama, melakukan intervensi pasar secara selektif untuk mengurangi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan menjaga agar cadangan devisa tetap terjaga pada tingkat yang aman.