English English Indonesian Indonesian
oleh

Ma’Refat Institute Bahas Refleksi Bung Hatta Membangun Negara

Meski menempuh pendidikan tinggi selama kurang lebih 11 tahun di Benua Eropa, Bung Hatta tidak goyah dalam memegang teguh nilai-nilai Islam. Lingkungan keluarga yang religius, memperkuat pondasi keimanan dan intelektualitasnya. Bung Hatta kembali ke tanah air dengan pandangan yang semakin tajam: bahwa pembangunan bangsa memerlukan kesadaran spiritual yang kuat, bukan hanya keterampilan teknokratis atau retorika politik.

Bung Hatta dikenal sebagai pemimpin yang senantiasa berpihak pada kepentingan rakyat. Dalam seluruh bidang yang digelutinya, ia tidak pernah melepaskan prinsip-prinsip keislaman. Bung Hatta selalu memosisikan rakyat sebagai poros pemikirannya. Pandangan ini sejalan dengan nilai-nilai Islam tentang keadilan sosial dan tanggung jawab pemimpin. Dua ayat Al-Quran yang menjadi pegangannya, QS. Ali Imran: 110 dan QS. Al-Baqarah: 208, menunjukkan bahwa nilai Islam yang ia perjuangkan bukan setengah-setengah. Ia mengajak masyarakat masuk ke dalam Islam secara kaffah, menyeluruh, dan aktif dalam membangun peradaban. Selain itu, ia mengingatkan pentingnya keseimbangan dunia-akhirat QS. Al-Qashas: 77 dan perubahan nasib bangsa yang harus dimulai dari diri sendiri QS. Ar-Ra’d: 11.

Bung Hatta menyadari bahwa demokrasi tidak bisa sekadar diimpor dari Barat. Ia harus tumbuh dari akar budaya bangsa, terutama budaya gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat desa. Dalam esainya yang terkenal, Demokrasi Kita, Bung Hatta menekankan bahwa demokrasi Indonesia harus memiliki watak tersendiri, yang menghormati musyawarah, mufakat, dan kepedulian sosial.

News Feed