“Ini penting untuk menjangkau lebih banyak komunitas muslim di daerah-daerah yang selama ini belum tersentuh program IMMIM,” jelasnya.
Kajian-kajian internal seperti kajian muslimah dan pembinaan mubalig juga akan diperkuat. IMMIM bertekad untuk menjadikan seluruh kajian tersebut lebih terkoneksi satu sama lain, menciptakan jaringan dakwah yang saling mendukung dan berkelanjutan.
Selain itu, kolaborasi dengan pemerintah menjadi salah satu kunci utama yang akan terus dikembangkan. IMMIM menyadari pentingnya peran pemerintah dalam mendukung kegiatan masjid dan para mubalig.
“Pemerintah sangat memperhatikan rumah ibadah dan mubalig. Kami ingin IMMIM menjadi mitra strategis dalam program-program tersebut,” ujarnya.
Salah satu contoh sinergi yang sedang dipertimbangkan adalah kontribusi IMMIM dalam program nasional penurunan angka stunting.
IMMIM berencana membekali para da’i dengan materi kesehatan dan gizi sehingga mereka bisa menyampaikan pesan-pesan edukatif dalam dakwahnya.
“Da’i itu punya pengaruh besar di masyarakat. Jika mereka bisa mengedukasi soal pola hidup sehat, gizi, dan kebersihan, maka kontribusinya pada pengurangan stunting sangat signifikan,” tambah Dr. Nur Fadjri.
etua Umum DPP IMMIM, Dr. KH. M. Ishaq Samad, MA, menekankan pentingnya diskusi terbuka dan transparan dalam forum ini.
“Kita tidak hanya sekadar bersilaturahmi, tapi juga mengevaluasi program kerja selama satu tahun terakhir dan menyusun program strategis untuk 2025,” tegasnya.
Berbeda dari sebelumnya yang mengevaluasi kinerja setiap lima tahun, IMMIM kini menerapkan sistem evaluasi tahunan. Langkah ini bertujuan agar semua program lebih terukur dan selaras dengan kebutuhan para stakeholder.