“Bulog harusnya tahu, potongan timbangan bisa sampai 20 kilogram per karung. Tapi bukannya mengintervensi, malah menyerahkan ke mitra yang bisa saja melakukan kecurangan yang sama,” tambahnya.
Lebih lanjut, Anmar menyayangkan lambannya sistem pembayaran dari tengkulak yang membuat petani kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup harian mereka.
“Petani itu hidup dari panennya. Kalau pembayaran ditunda berbulan-bulan, bagaimana mereka makan? Di sini mestinya Bulog hadir langsung, bukan malah lepas tangan,” bebernya.
Anmar menilai bahwa pernyataan Kepala Bulog Sulsel yang tersebar di media justru memperlihatkan kedangkalan pemahaman terhadap nasib petani.
“Ini bukan solusi cerdas, tapi cerminan dari kegagalan memahami realitas. Niat baik Presiden Prabowo untuk mensejahterakan petani justru dicederai oleh kinerja pimpinan Bulog sendiri,” tegasnya.
Anmar pun mengingatkan, bila kondisi ini terus dibiarkan, maka mimpi besar Presiden untuk mewujudkan swasembada pangan nasional bisa kandas di tangan anak buahnya sendiri. (ams)