English English Indonesian Indonesian
oleh

Ekspedisi Korpala Unhas: Menjelajah Jejak Maritim Nusantara

FAJAR, MAKASSAR— Sejak lahir, kita sering mendengar narasi tentang nenek moyang sebagai pelaut, baik melalui cerita maupun nyanyian.

Ini bukan sekadar dongeng, penelitian sosial dan budaya sejak abad 19-20 membuktikan gen pelaut mengalir dalam darah kita.

Perjalanan ini bermula dengan kedatangan penutur bahasa Austronesia sekitar 3400-3800 tahun lalu, membawa teknologi perahu bercadik dan pengetahuan pelayaran yang memulai babak perkembangan budaya maritim Indonesia.

Puncak kejayaan tercapai pada awal Masehi hingga abad ke-17, era keemasan laut Nusantara.

Kerajaan-kerajaan Nusantara menjadi poros utama perdagangan maritim global, lahirnya hukum laut Amanna Gappa yang diadopsi internasional, dan teknologi perahu yang diakui bangsa Eropa. Indonesia, dengan 62% wilayah laut dan kepulauannya, disematkan sebagai “Negara Maritim”.

Ketua Tim Muh Nur Akram menyampaikan Ekspedisi Pelayaran Akademis (EPA) Korps Pencinta Alam (Korpala) Universitas Hasanuddin (Unhas) mewarisi filosofi ini.

“Bagi mahasiswa Korpala, EPA merefleksikan sejarah budaya maritim, merajut kembali identitas kebangsaan di tengah krisis identitas,” ujarnya

EPA juga merupakan kritik terhadap orientasi sebagian besar organisasi mahasiswa pencinta alam (MPA) yang fokus pada “seven summit”, tanpa mewakili jati diri Indonesia yang sesungguhnya, khususnya nelayan dan petani.

“Sebagai organisasi dari “kaum terpelajar”, kegiatan Korpala harus bermanfaat bagi masyarakat dan ilmu pengetahuan, seperti eksplorasi, pengujian hipotesis, dan afirmasi teori demi signifikansi ilmiah dan kepentingan umum,” pungkasnya

News Feed