“Capek ki kompori, mau tanam, tidak jadiji juga. Debu hantam kalau kemarau, air hantam kalau hujan. Serba salah,” ucap LT dengan nada pasrah.
Di Lingkungan Ta’e, Kelurahan Tammasarangge, Kecamatan Paleteang, panen bukan lagi perayaan. Ia telah berubah menjadi upacara kehilangan yang diulang setiap tahun, tanpa kejelasan kapan akan berhenti. (ams)