“Dengan adanya KUR ini, saya bukan hanya bisa meningkatkan hasil sawah, tapi juga membuka usaha penggilingan. Sekarang, saya bisa bantu petani lain juga baik dalam pembelian gabah maupun jasa penggilingan,” ujar Jumardi penuh rasa syukur, Minggu, 13 April 2025.
Tak jauh dari lokasi usaha Jumardi, kisah inspiratif lain datang dari Alias Muin, petani lain di Soppeng yang juga menjadi penerima manfaat KUR BRI. Berbeda dari Jumardi, lahan pertanian yang dikelola Alias termasuk sawah tadah hujan, yang hanya bisa ditanami padi satu kali dalam setahun bergantung pada musim hujan.
Namun, Ali tidak menyerah pada keterbatasan. Ia melihat potensi jeda tanam padi sebagai peluang emas. Dengan memanfaatkan dana KUR, ia mulai menanam cabai saat lahan sawahnya sedang tidak ditanami padi. Pilihannya jatuh pada cabai karena permintaan pasar yang stabil dan harga yang cukup menjanjikan, apalagi saat musim paceklik.
“Saya pakai KUR untuk beli bibit cabai, pupuk, dan juga semprotannya. Alhamdulillah hasilnya bagus. Selain bisa menutupi masa kosong antara tanam padi, saya juga dapat penghasilan tambahan,” jelas Alias Muin.
Strategi diversifikasi tanaman ini terbukti menguntungkan. Saat banyak petani hanya menunggu musim tanam berikutnya, Alias tetap produktif dan menghasilkan uang. Cabai yang ia tanam dijual ke pasar lokal dan bahkan ke pengepul yang datang langsung ke kebunnya. Hasil dari penjualan tersebut cukup untuk menutupi angsuran pinjaman dan kebutuhan keluarga sehari-hari.
Alias pun mengakui, tanpa adanya dukungan pembiayaan seperti KUR, kemungkinan besar ia tidak bisa menjalankan ide tersebut. “Kalau cuma andalkan uang sendiri, pasti berat. Tapi dengan KUR, saya bisa mulai tanpa harus khawatir modal. Yang penting kita serius dan kerja keras,” tambahnya.