Pria kelahiran Bone ini melihat perang dagang bukan hanya menimbulkan tantangan, tetapi juga peluang. Kondisi ini membuat harga komoditas ekspor sektor perkebunan, misalnya cengkeh, kakao, kelapa, dan sawit, malah meningkat.
“Banyak petani melapor ke saya kalau sekarang mereka dapat untung lebih besar. Tapi tentu kita juga tidak boleh berbahagia atas penderitaan pihak lain,” sebut Amran.
Amran menegaskan bahwa penjajakan pasar baru untuk ekspor komoditas unggulan dari Indonesia adalah solusi jangka panjang. Di satu sisi, pemerintah juga tidak menutup pintu dalam berdiplomasi dengan pemerintah Amerika Serikat.
“Kita ini negara besar, pasar kita juga besar. Kita bisa cari pasar lain, misalnya tambah ekspor ke negara yang belum terkena dampak tarif. Itu bisa jadi solusi jangka panjang,” tandas Amran.
Amran mengemukakan bahwa Presiden Prabowo memberi penekanan agar selalu melindungi kepentingan rakyat kecil. Ekspor dan impor adalah teknis dalam berdagang sebagai bagian dari kegiatan ekonomi.
“Tapi manakala rakyat membutuhkan, itu kita lakukan. Manakala rakyat tidak membutuhkan, itu kita tidak lakukan. Kenapa? Kata kunci penyampaian bapak presiden adalah berpihak pada rakyat,” bebernya.
Amran menyampaikan bahwa sektor pertanian relatif aman. Pupuk, irigasi, dan stok aman.
Seluruh jajaran kabinet diminta berpihak pada kepentingan masyarakat, yang pada akhirnya membuat negara semakin mandiri dan kuat.
“Yang vital adalah pangan. Kalau pangan bermasalah, negara juga bermasalah. Sekarang pangan aman,” tandasnya. (uca)