FAJAR, MAKASSAR — Tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok tengah memanas. Saling berbalas tarif pajak impor tak berhenti.
Kenaikan tarif yang dipatok Presiden AS Donald Trump bahkan tembus 125 persen bagi produk China. Masalahnya, aksi saling sikut ini meluas, bahkan berdampak pada Indonesia.
Indonesia seakan dipaksa membujuk Donald Trump agar berbaik hati menurunkan tarif import ke negeri Paman Sam. Donald Trump sendiri baru saja mengumumkan penundaan kebijakan tarif import hingga 90 hari ke depan.
Saat ini, Pemerintah RI tengah konsen kepada ketahanan pangan negara. Selain produksi, negara juga menginginkan kesejahteraan petani meningkat.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengaku tidak khawatir dengan situasi ini. Ia menyebut bahwa sektor pertanian dan perkebunan di Indonesia masih relatif aman.
“Memang ada dampak, tapi tidak perlu dikhawatirkan,” kata Andi Amran Sulaiman, usai menghadiri Pertemuan Saudagar Bugis Makassar (PSBM) XXV di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, Kamis, 10 April.
Amran Sulaiman menyebut, bahwa Indonesia memiliki cadangan ekspor biofuel sebesar 1,7 juta ton ke Amerika. Dengan jumlah ekspor sebanyak itu, alternatif solusi perlu dicari secepatnya.
Jika kebijakan kenaikan tarif sudah paten diberlakukan, dan ekspor ke Amerika menjadi buntu, maka pemerintah akan mengalihkannya menjadi konsumsi dalam negeri.
“Kalau ini harus kita kurangi, kita menjadikan biofuel dalam negeri B40. B50 kami butuh 5,3 juta ton. Berarti tidak ada masalah,” terang Amran.