Kebijakan tarif tinggi Trump dapat menjerumuskan perekonomian AS dalam jangka pendek dan menengah ke dalam stagflasi, yaitu kombinasi antara pelambatan pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan pengangguran.
Kebijakan tarif Trump berdampak langsung terhadap perekonomian Indonesia melalui jalur perdagangan. Kontribusi ekspor barang dan jasa terhadap Gross Domestic Product (GDP) Indonesia mencapai sekitar 22,18 persen pada tahun 2024.
Tujuan ekspor terbesar kedua Indonesia adalah AS sebesar 26,3 miliar dolar AS. Komoditas ekspor utama Indonesia yang paling terdampak adalah mesin/peralatan elektrik, pakaian dan aksesoris rajutan, alas kaki, serta pakaian dan aksesoris non-rajutan.
Bagi AS, ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar satu persen dari total impor AS. Impor AS tertinggi berasal dari European Union (EU) sebesar 18,5 persen dan China sebesar 13,4 persen. Dimana EU dan China yang paling terdampak dari kebijakan tarif Trump.
Lalu, apa yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi kebijakan tarif Trump? Langkah pertama, inward-looking, meningkatkan konsumsi domestik dan meningkatkan efisiensi industri manufaktur sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Langkah kedua, reformasi tataniaga ekspor dan impor dengan menghilangkan hambatan tariff dan non-tariff. Konsistensi pemerintah menghapus kuota impor terhadap barang-barang yang produksi dalam negerinya sangat kecil, khususnya barang kebutuhan pokok.
Langkah ketiga, outward-looking, melakukan negosiasi langsung, bukan retaliasi, dengan pemerintahan Trump untuk merelaksasi tarif terhadap produk ekspor Indonesia. Dimana, produk ekspor Indonesia ke AS adalah barang yang bersifat komplementer (tidak bersifat subtitusi) dengan produk AS.