FAJAR, MAKASSAR-Usai Lebaran, Pantai Akkarena siap menjadi epicentrum perayaan akbar. Bukan sekadar konser biasa, Soundliday Fest 2025 hadir sebagai mantra musim panas—perpaduan magis antara alunan musik (‘sound’) dan liburan (‘holiday’) yang menyentuh sisi kemanusiaan.
Lebih dari sekadar panggung dan gemuruh penonton, konser ini memiliki magnet kuat: Onadio Leonardo. Eks vokalis Killing Me Inside dengan suara serak khas dan karismanya akan kembali mengguncang Makassar bersama Last Child, band yang membangkitkan nostalgia cinta dan luka remaja generasi 2000-an, serta sederet musisi lainnya.
“Kita nyanyi, teriak, dan mungkin menangis bersama. Siapkan suara kalian, Makassar!” seru Virgoun, vokalis Last Child, dalam unggahan video di media sosial.
Inisiatif ini datang dari Neutron Event Organizer, wajah baru yang menjanjikan kesegaran dalam industri hiburan Sulawesi Selatan, di bawah visi Chandra, seorang idealis dengan impian besar.
“Kami ingin menciptakan sesuatu yang tak hanya menghibur, tapi juga bermakna. Soundliday adalah proyek yang lahir dari hati,” ungkap Chandra, Direktur Neutron Organize, mengenang sukses Emosional Feast 2023 yang memecahkan rekor penonton di Makassar. Namun, kali ini, targetnya melampaui sekadar angka.
“Konsepnya menggabungkan musik dan liburan. Pengunjung tak hanya menonton, tapi juga menikmati keindahan pantai, cita rasa lokal, dan kehangatan Makassar,” jelasnya sambil menyeruput kopi.
Pemilihan Pantai Akkarena pun strategis: lokasi memukau dengan angin sepoi dan pantulan cahaya matahari di laut. Selama dua hari, Jumat dan Sabtu, 11-12 April 2025, pantai ini akan bertransformasi menjadi pusat semesta hiburan.
Lebih dari itu, Soundliday membawa misi kemanusiaan. Sebagian hasil penjualan tiket, 5-10 persen, akan didonasikan untuk aksi sosial, termasuk bagi Palestina.
“Seni untuk kemanusiaan adalah landasan kami. Musik bukan hanya hiburan semata,” tegas Chandra.
Penonton akan dimanjakan oleh penampilan musisi nasional dan juga kebanggaan lokal Makassar yang telah lama berkiprah di jalur independen, seperti Chillmore, Prontaxan, dan The Lips. “Makassar kaya akan talenta. Kami ingin menjadi jembatan bagi mereka,” imbuh Chandra.
Menggelar konser pasca Lebaran memang penuh tantangan, namun Chandra dan tim melihatnya sebagai momentum yang tepat, didukung oleh sponsor utama yang belum terlalu padat dan bertepatan dengan ulang tahun Meknesia ke-13.
Bagi Neutron Organizer, Soundliday bukan sekadar transaksi tiket. “Kami ingin membangun reputasi sebagai promotor yang menciptakan pengalaman tak terlupakan,” tambah Chandra.
Sebagaimana lirik Last Child yang menyentuh kalbu, Soundliday Fest 2025 hadir sebagai pengingat bahwa musik adalah ekspresi, perjuangan, dan cinta.
Chandra yakin, saat alunan musik memenuhi udara dan ribuan suara berpadu, Makassar akan terasa lebih dari sekadar kota—ia menjadi rumah bagi setiap cerita. Soundliday pun siap dimulai.
Di balik gemerlap panggung, kru sibuk menata suara, cahaya, dan logistik. Ratusan vendor lokal, dari UMKM kuliner hingga merchandise, turut ambil bagian. Semangat kolaborasi terasa kental.
Antusiasme penonton pun membuncah. Tiket pre-sale ludes dalam dua hari, dan #Soundliday2025 merajai trending topic di Makassar dan sekitarnya.
Onadio bahkan sempat merekam ulang lagu hits Last Child dalam versi akustik, “Pedih yang tak berujung itu sekarang punya harapan,” yang langsung viral.
Panggung megah akan menghadap ke laut, seolah melarutkan musik ke cakrawala. Penonton dapat bersantai di pasir, berdansa di bawah bintang, atau berbagi kehangatan malam bersama orang terkasih. (dewi sartika/*)