FAJAR, MAKASSAR — Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, dan Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah, Prof Dr Bambang Setiaji, menyerukan pentingnya keberanian melakukan transformasi dalam pengelolaan perguruan tinggi Muhammadiyah.
Hal ini disampaikan dalam amanahnya saat menghadiri pelantikan empat Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Selasa, 8 April 2025, yang dirangkaikan dengan suasana Syawalan.
“Kita tidak boleh terjebak dalam zona nyaman. Itu pesan Prof Haedar Nashir. Kita harus berubah. Harus berani berinovasi,” tegas Bambang di hadapan pimpinan perguruan tinggi, civitas akademika, dan tamu undangan.
Ia menyoroti tantangan serius dalam dunia pendidikan tinggi, termasuk anjloknya peminat pada sejumlah program studi (prodi) yang dianggap usang dan tidak relevan dengan kebutuhan zaman.
Bambang menyebut, berdasarkan diskusi dengan sekitar 20 pimpinan PTMA pagi hari sebelum pelantikan, banyak prodi yang masuk dalam kategori “merah”, alias stagnan dan sepi peminat.
“Fakta di lapangan, kita masih banyak yang bertahan di era 1.0 atau 2.0, padahal bicara tentang era 4.0 bahkan 5.0. Ini ironi. Kita bangga dengan masa lalu, padahal dunia sudah jauh berlari,” ujarnya.
Strategi Inovatif di Tengah Gejolak Ekonomi
Lebih lanjut, Bambang mengingatkan bahwa gejolak ekonomi global dan domestik juga menjadi faktor penghambat akses pendidikan, terutama bagi keluarga dari kalangan menengah ke bawah. Ia mengangkat paradoks bahwa meskipun cadangan devisa dan ekspor Indonesia mencapai rekor tertinggi, nilai tukar rupiah tetap melemah.