English English Indonesian Indonesian
oleh

Dari Halalbihalal Perguruan Tinggi: Sambung Tali Silaturahmi dengan Sikap Pemaaf

“Jangan sampai perselisihan, bahkan dalam konteks Pilpres atau pemilihan rektor, merusak persaudaraan. Kita seringkali terpaku pada gelar dan jabatan seperti profesor atau dokter. Namun, gelar bukanlah segalanya,” tuturnya.

Kata dia, gelar tidak akan berarti jika hati masih kotor dan dipenuhi kesombongan. Kesombongan tidak hanya terbatas pada harta benda, tetapi juga mencakup penolakan terhadap kebenaran dan meremehkan orang lain.

“Kita membutuhkan kerja sama, dan menolak kebenaran adalah bentuk kesombongan. Contohnya, seorang dosen biasa yang tiba-tiba menjadi lektor dan menjadi sombong karena jabatannya, padahal jabatan dan popularitas tidak menjamin seseorang terbebas dari kesombongan,” jelasnya.

Menurutnya, upaya menyambung tali silaturahmi harus dilandasi oleh sikap pemaaf, serta diiringi dengan praktik sedekah yang dapat membuka pintu rezeki dan memperkokoh ukhuwah di antara sesama.

Rektor Unhas, Prof. Jamaluddin Jompa juga, menekankan pentingnya untuk kembali menyucikan tekad dan semangat kerja, dengan harapan meraih prestasi yang lebih tinggi. Perlu kerja sama yang solid, termasuk kolaborasi internasional yang dapat membuka berbagai peluang baru.

Sementara itu, Imam Besar Almarkas sekaligus Sekretaris MUI Sulawesi Selatan, Prof Muammar Bakri, menyatakan bahwa istilah “halal bi halal” merupakan kekayaan budaya asli Indonesia yang telah mengakar kuat dalam tradisi umat Islam di tanah air.

Menurutnya, kegiatan ini bukan sekadar seremoni, melainkan sarana yang efektif untuk mempererat ukhuwah dan saling memaafkan. “Ketika dua orang Muslim berjabat tangan, maka dosa keduanya akan saling diampuni hingga mereka berpisah,” ucapnya.

News Feed