English English Indonesian Indonesian
oleh

Pedasnya Cinta dari Dapur Sulawesi untuk Dunia

EDWARD AS
MAKASSAR

Pagi belum sepenuhnya menyapa ketika aroma cabai dan rempah mulai menari-nari di udara kawasan Borong Taipa, Kelurahan Tamalanrea, Kota Makassar. Di sebuah rumah yang tak terlalu besar namun ramai oleh aktivitas, belasan perempuan tampak sibuk mempersiapkan bahan-bahan. Di tengah-tengah mereka, berdiri seorang perempuan berwajah teduh dengan senyum yang nyaris tak pernah lepas dari wajahnya Sri Wahyuni, atau yang akrab disapa Ayu.

Bagi Ayu, rumah itu bukan sekadar tempat tinggal. Di sanalah mimpi-mimpinya ditenun perlahan sejak tahun 2018, dan dari dapur sederhana itu pula, lahirlah “Mak Judess”sebuah merek sambal lokal yang kini merambah pasar global.

Awalnya, semua bermula dari keprihatinan. Ayu melihat banyak ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya yang hanya tinggal di rumah tanpa penghasilan. Mereka mengurus rumah tangga, memasak, mengasuh anak, namun tak punya akses untuk menopang ekonomi keluarga. Hati kecil Ayu terusik. Ia tahu mereka bukan tak mampu, hanya belum punya peluang. Maka, ia pun mulai berpikir: bagaimana jika mereka membuat sesuatu bersama?

“Saya hanya ingin mereka merasa berguna dan punya penghasilan sendiri. Dulu saya berpikir, sambal bisa jadi ide yang bagus. Semua orang di Sulawesi suka sambal, dan bahannya juga gampang didapat,” kisah Ayu suatu siang, sambil menunjuk tumpukan cabai merah yang baru saja dipanen dari petani lokal.

Ikan tuna menjadi pilihan utamanya karena Sulawesi, sebagaimana dikenal luas, adalah lumbung tuna. Ikan kaya gizi itu melimpah ruah di laut yang mengelilingi pulau tersebut. Sementara cabai, Ayu ambil langsung dari para petani di kampung halamannya di Kabupaten Takalar. Perpaduan dua bahan lokal ini bukan hanya soal rasa, tapi juga soal identitas. Dari tangan-tangan terampil para ibu rumah tangga, sambal seafood khas Sulawesi pun lahir.

News Feed