Kini, Ayu sedang bersiap menyambut babak baru. Ia tengah mengembangkan produk sambal berbahan dasar cabai Katokkon—cabai khas Tana Toraja yang dikenal sebagai salah satu yang terpedas di dunia. Ia ingin mengenalkan rasa otentik dari tanah kelahirannya dengan lebih kuat lagi. Tak hanya itu, ia juga sedang menggodok produksi tuna kaleng siap saji, agar produk Mak Judess makin praktis dan siap bersaing di pasar global.
“Cita-cita saya sederhana: saya ingin Mak Judess terus tumbuh, membawa kebaikan untuk banyak orang, dan jadi kebanggaan Sulawesi. Saya ingin orang tahu, bahwa dari dapur kecil di Makassar, kita bisa menciptakan rasa yang mendunia,” tutupnya.
Dan memang, dari dapur itu dari tawa ibu-ibu yang kini punya penghasilan, dari tangan-tangan yang bekerja dengan cinta, dari semangat yang menyala dalam wajan panas dan harum sambal yang menggoda lahirlah cerita tentang keberanian, ketulusan, dan rasa pedas yang menggetarkan dunia. Mak Judess bukan sekadar sambal. Ia adalah kisah tentang perempuan, tentang harapan, dan tentang Sulawesi yang selalu punya rasa untuk dibagi. (*)