Sesampainya di Enrekang, keandalan jaringan Indosat tak lantas berhenti. Firman masih harus menyelesaikan sejumlah tugas kantor, dan semua berjalan tanpa kendala.
“Rapat online tetap lancar. Upload dokumen, kirim email, semuanya aman. Bahkan saya sempat heran juga, sinyalnya bisa sekuat itu di kampung saya yang biasanya agak susah sinyal,” katanya sambil tertawa kecil.
Kisah lain datang dari Rudianto (40), warga asal Pulau Jawa yang baru pertama kali mudik ke kampung istrinya di Allakuang, Sidrap. Berbeda dari Firman, Rudianto benar-benar belum mengenal jalur dan medan yang akan ia hadapi. Tapi dengan tekad bulat, ia memutuskan menyetir sendiri mobil sewaan dari Makassar.
“Saya cuma bilang sama istri, bismillah. Kalau ada maps dan sinyal kuat, insyaallah enggak nyasar. Walaupun dalam hati, jujur saja, saya sempat ragu juga,” katanya.
Keraguan itu muncul karena ia menggunakan kartu IM3, yang menurut sebagian rekannya belum sepenuhnya menjangkau pelosok. Akan tetapi pengalaman membuktikan sebaliknya.
“Selama perjalanan, sinyal nggak pernah hilang. Bahkan saat istri saya sempat menyarankan jalur kampung yang biasa dia lewati, saya tetap pilih jalur di maps, dan terbukti, kita sampai lebih cepat,” jelasnya sambil tersenyum.
Perjalanan yang awalnya dipenuhi rasa waswas berubah menjadi momen refleksi tentang pentingnya konektivitas dalam perjalanan modern. “Saya jadi sadar, sekarang mudik itu bukan cuma soal kendaraan dan jalan. Tapi juga soal sinyal. Karena itu yang bantu kita tetap tenang dan tahu arah,” imbuh Rudianto.
