FAJAR, MAKASSAR – Suasana hangat Syawalan menyelimuti halaman Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah (Pusdam) Sulawesi Selatan pada Minggu, 6 April 2025 atau bertepatan dengan 7 Syawal 1446 H.
Tak hanya menjadi ajang silaturahmi dan halal bihalal, namun juga menjadi momentum penting bagi Muhammadiyah Sulsel dalam mendeklarasikan gerakan besar serta memulai pembangunan Gedung Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Syawalan tahun ini diwarnai dengan peletakan batu pertama pembangunan gedung baru yang akan menjadi pusat pengembangan SDM Muhammadiyah Sulsel.
Gedung ini direncanakan berdiri megah setinggi 13 lantai di dalam kompleks Pusdam Sulsel, menjadikannya salah satu proyek strategis organisasi tersebut.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, Prof. Ambo Asse, menjelaskan bahwa proyek ini sudah lama direncanakan dan kini mulai direalisasikan setelah desain arsitektural rampung.
“InsyaAllah pembangunan ini paling lambat dua tahun selesai, tapi kalau dana cepat terkumpul bisa lebih cepat,” ujar Prof. Ambo.
Ia menambahkan, gedung ini akan difungsikan sebagai pusat pelatihan dan pengembangan kader Muhammadiyah, termasuk untuk para muballiq dan Angkatan Muda Muhammadiyah.
“Kita ingin punya pusat pembinaan yang representatif dan siap menjawab tantangan zaman,” tambahnya.
Menurut Prof. Ambo, Angka 13 yang menjadi jumlah lantai gedung ini bukanlah kebetulan. Angka tersebut merupakan simbol dari spirit kolektif kolegial Muhammadiyah, merujuk pada jumlah anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
“Gedung ini lambang kekompakan dan kerja kolektif,” ungkapnya.
Acara Syawalan juga dihadiri langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., yang turut meletakkan batu pertama pembangunan gedung.
Prof Haedar menekankan pentingnya menjaga ukhuwah dan kebersamaan dalam keberagaman.
“Silaturahmi ini menjadi pengingat bahwa menjaga persatuan itu penting. Dalam praktiknya tidak selalu mudah, apalagi di tengah problematika bangsa. Tapi lewat forum seperti ini, kita bisa merajut kembali benang ukhuwah yang kadang terputus,” ujarnya.
Lebih jauh, Haedar menjelaskan bahwa pembangunan gedung ini adalah wujud nyata bahwa Muhammadiyah tidak pernah berhenti membangun untuk kemajuan bangsa. Ia menyebut, pengembangan SDM adalah investasi besar Muhammadiyah untuk masa depan Indonesia.
“Kita ingin Muhammadiyah terus berkontribusi pada penguatan pendidikan nasional. Gedung ini nanti juga akan mendukung program-program bersama Kementerian Pendidikan dan institusi pendidikan tinggi,” jelasnya.
Mengenai pembiayaan, Haedar menuturkan bahwa pembangunan ini bersumber dari dana internal Muhammadiyah serta sumbangan sukarela dari luar.
“Tidak ada bantuan yang mengikat. Semua atas dasar kebersamaan dan niat baik,” katanya.
Pembangunan Gedung Pengembangan SDM Muhammadiyah Sulsel ini ditaksir menelan biaya sebesar Rp74 miliar dengan target penyelesaian selama 1,5 tahun.
“Kami optimis, dengan kebersamaan dan semangat gotong royong, target ini bisa tercapai,” ucapnya.
Syawalan 2025 ini pun menjadi saksi lahirnya komitmen besar Muhammadiyah Sulsel untuk terus melangkah maju, membangun manusia dan peradaban.
Momentum ini memperkuat tekad organisasi dalam mencetak generasi yang unggul, berilmu, dan berakhlak mulia.
Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman, yang turut hadir dalam acara tersebut, menyampaikan apresiasinya terhadap langkah Muhammadiyah yang dinilainya sebagai patron bagi organisasi lainnya.
Ia menekankan bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang telah terbukti memiliki kontribusi besar dalam pembangunan bangsa, terutama melalui kepemilikan perguruan tinggi dan rumah sakit yang tersebar di berbagai daerah.
“Pembangunan gedung ini diharapkan memperkuat peran strategis Muhammadiyah di masa mendatang,” ucapnya.
Selain unsur pimpinan Muhammadiyah, hadir pula pimpinan amal usaha, organisasi otonom, serta tokoh-tokoh masyarakat yang turut memberikan dukungan dan apresiasi atas inisiatif besar ini. Suasana penuh kekeluargaan terasa dalam setiap rangkaian acara.
Syawalan Muhammadiyah Sulsel 2025 tak hanya menjadi forum silaturahmi, tapi juga tonggak sejarah baru dalam perjalanan dakwah dan pendidikan Muhammadiyah di kawasan timur Indonesia.(wis)