Oleh Aswar Hasan
Hari kemenangan semakin dekat. Di penghujung bulan ramadan ini umat Islam di seluruh Indonesia bersiap menyambut Idulfitri. Meskipun diwarnai berbagai keluhan. Misalnya, Pedagang Pasar Sentral mengatakan; “Lebaran Tak Semanis Dulu (Fajar, 27/3/2025).
Keprihatinan yang menyelimuti bangsa ini dengan berbagai tantangan yang membayangi negeri kita, mulai dari kondisi ekonomi yang sulit, ketimpangan sosial semakin tajam, hingga gejolak politik yang menimbulkan ketidakpastian di tengah perbedaan sikap yang semakin tajam. Situasi ini menjadi ironi ketika di satu sisi ada kelompok yang menikmati kemewahan, sementara di sisi lain banyak saudara kita yang masih kesulitan sekadar untuk makan.
Selain itu, bencana alam dan musibah yang terus terjadi di berbagai daerah juga menjadi pengingat bahwa masih banyak yang membutuhkan uluran tangan. Ribuan saudara kita kehilangan tempat tinggal akibat banjir, tanah longsor, atau gempa bumi. Kesedihan dan musibah yang mereka alami seharusnya menjadi panggilan bagi kita semua untuk lebih peduli dan berbagi.
Namun, di balik semua keprihatinan tersebut, Idul Fitri tetap membawa harapan. Ramadan telah mengajarkan kita nilai-nilai kesabaran, keikhlasan, dan kepedulian terhadap sesama. Momen ini harus kita gunakan untuk merefleksikan diri dan menata kembali langkah ke depan. Indonesia tidak akan bangkit jika rakyatnya terus terpecah-belah dan tidak saling peduli. Negara ini tidak akan maju jika kesenjangan semakin dibiarkan terus makin melebar.
Maka dari itu, mari kita jadikan Idul Fitri sebagai titik balik untuk kembali memulai dari nilai-nilai kebersamaan. Saatnya kita menguatkan solidaritas sosial, mempererat ukhuwah, dan bekerja sama membangun bangsa. Mari kita saling membantu tanpa memandang perbedaan. Betapa tidak, kesejahteraan tidak akan terwujud hanya dengan mengandalkan pemerintah, tetapi juga dengan peran aktif seluruh elemen masyarakat.
Moment Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadan.
Islam mengajarkan bahwa Idulfitri adalah waktu untuk mempererat tali silaturahmi dan menghilangkan permusuhan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak halal bagi seorang Muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Maka siapa yang mendiamkannya lebih dari tiga hari lalu meninggal dunia, ia masuk neraka.” (HR. Abu Dawud).
Hadis ini mengingatkan kita bahwa perbedaan (termasuk perbedaan politik) bukanlah alasan untuk merusak hubungan sesama Muslim, khususnya sebagai sesama anak bangsa. Idul Fitri adalah kesempatan emas untuk saling memaafkan dan merajut kembali ukhuwah yang mungkin sempat renggang.
Inilah saatnya kita menunjukkan kepedulian dan semangat berbagi dan persatuan sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali ‘Imran: 92).
Oleh karena itu, mari kita jadikan Idul Fitri tahun ini sebagai momentum untuk berbagi sembari memperbaiki diri. Mari kita mengulurkan tangan bagi mereka yang membutuhkan, mengutamakan persatuan di atas perbedaan, dan menjadikan Islam sebagai sumber nilai-nilai kebersamaan serta kasih sayang.
Saatnya kita saling memaafkan, membuka hati untuk kebaikan, dan memperbarui komitmen untuk berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.
Mengulurkan tangan bagi mereka yang membutuhkan, mengutamakan persatuan di atas perbedaan, dan menjadikan Islam sebagai sumber nilai-nilai kebersamaan serta kasih sayang.
Semoga Idulfitri ini membawa keberkahan bagi kita semua dan menjadikan negeri ini lebih kuat menghadapi berbagai tantangan. Taqabbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin. Wallahu a’lam bisawwabe. (*)