English English Indonesian Indonesian
oleh

Jalur Alternatif Bone-Barru-Pangkep Masih Sulit Dilalui Kendaraan Meski Sudah Ditangani Sementara

FAJAR, BONE – Akses jalur alternatif yang menghubungkan tiga kabupaten, yakni Bone, Barru, dan Pangkep, di Desa Bonto Masunggu, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Bone, mulai mendapat penanganan sementara dari pemerintah.

Jalur ini sempat terputus akibat longsor yang terjadi pada pertengahan Februari 2025, menghambat mobilitas masyarakat setempat.

Kepala Desa Bonto Masunggu, Najamuddin, mengungkapkan bahwa sejumlah alat berat telah dikerahkan untuk melakukan penimbunan di lokasi longsor.

“Alhamdulillah, kemarin saya sudah berdiskusi dengan anggota dewan, dan pihak PU telah melakukan penanganan sementara,” ujarnya, Rabu, 26 Maret 2025.

Namun, jalur tersebut masih belum dapat dilalui secara optimal oleh kendaraan. Pasalnya, tanah yang sebelumnya dipadatkan kembali menjadi lunak akibat aktivitas alat berat.

Najamuddin juga meragukan efektivitas pengerjaan sementara ini, terutama karena campuran pasir dan batu (sirtu) yang digunakan tidak cukup banyak, sehingga dikhawatirkan timbunan akan kembali melemah.

“Saat ini, motor pun sulit melintas sendirian. Justru sebelumnya, sebelum dilakukan penimbunan, masyarakat masih bisa menggunakan jembatan kayu untuk melintas dengan motor,” jelasnya.

Jalur ini merupakan akses utama bagi warga Desa Bonto Masunggu dan Desa Tondong Bua menuju ibu kota Kabupaten Bone. Selain itu, warga dari Barru dan Pangkep juga kerap menggunakan jalur ini.

Selain itu, Desa Gattareng yang berada di Kabupaten Barru turut terdampak, karena warga setempat menggunakan jalur tersebut untuk menuju ibu kota kabupaten guna mengurus administrasi dan layanan pemerintahan.

Jika harus mengambil jalur alternatif melalui Camba, Maros, waktu tempuh menjadi jauh lebih lama.

“Biasanya, perjalanan ke Bone hanya memakan waktu 2,5 jam melalui jalur ini. Namun, jika harus memutar, waktu tempuhnya bisa lebih dari enam jam, ada selisih sekitar empat jam,” jelas Najamuddin.

Sementara itu, Anggota DPRD Bone, Farel Adywansya, membenarkan bahwa penanganan sementara telah dilakukan oleh pihak provinsi dengan menggunakan dana kebencanaan.

“Kemungkinan anggarannya berasal dari dana bencana yang dikelola oleh provinsi,” ujarnya.

Farel menekankan pentingnya perbaikan permanen untuk jalur ini, mengingat fungsinya sebagai jalur alternatif yang memperpendek waktu tempuh antara ketiga kabupaten.

Selain itu, jalur ini juga digunakan oleh puluhan siswa untuk pergi ke sekolah. Ia berharap akses yang terputus ini tidak sampai menghambat pendidikan mereka.

“Kita berharap ada perbaikan permanen, seharusnya jalur ini sudah mendapatkan pengaspalan, bukan hanya jalan di dalam kota saja,” tegasnya. (an).

News Feed