English English Indonesian Indonesian
oleh

Gaya Hidup Pekerja Migran Asal Sulsel: Antara Mimpi dan Kenyataan di Negeri Orang

FAJAR, MAKASSAR – Kehidupan sebagai pekerja migran tak selalu seindah yang terlihat di media sosial. Namun, bagi banyak warga Sulawesi Selatan (Sulsel), merantau ke luar negeri menjadi pilihan untuk mengubah nasib.

Salah satunya adalah Fatmawati, perempuan 32 tahun asal Kabupaten Bone yang telah bekerja di Hong Kong selama tujuh tahun terakhir.

Fatmawati mengaku, keputusannya menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan.

“Awalnya berat ninggalkan kampung, apalagi anak masih kecil. Tapi saya harus kuat demi masa depan mereka,” ujarnya saat dihubungi secara daring.

Di Hong Kong, Fatmawati bekerja sebagai asisten rumah tangga. Setiap hari ia merawat seorang lansia dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Meski melelahkan, ia merasa bersyukur karena memiliki majikan yang baik dan gaji yang cukup untuk dikirim ke kampung halaman.

Kehidupan para pekerja migran tak hanya soal kerja keras. Setiap akhir pekan, Fatmawati dan rekan-rekan sesama PMI asal Sulsel berkumpul di Victoria Park.

Mereka membawa bekal, mengenakan baju adat, bahkan kadang menggelar tarian tradisional Bugis-Makassar. “Di sinilah kami merasa seperti di rumah,” katanya.

Media sosial menjadi wadah mereka mengekspresikan diri. Fatma dan teman-temannya aktif mengunggah konten di TikTok dan Instagram.

Mulai dari tutorial memasak makanan khas Sulsel hingga video lucu tentang kehidupan sehari-hari sebagai pekerja migran. “Kami ingin tunjukkan sisi positif jadi TKI, bukan hanya cerita sedih,” ucapnya.

News Feed