English English Indonesian Indonesian
oleh

Petani Mengeluh, Harga Jagung di Bone Anjlok Hingga Rp2.800 per Kilogram

FAJAR, BONE– Harga jagung di Kabupaten Bone kian anjlok, kini menyentuh di kisaran Rp2.800 sampai Rp3.000 per kilonya. Hal ini kemudian dikeluhkan para petani.

Muh Adry, petani jagung di Desa Tadang Palie, Kecamatan Ulaweng, misalnya, mengaku sebagian besar warga di wilayahnya yang merupakan petani jagung terpaksa harus menjual murah jagungnya, lantaran khawatir jagung yang disimpan bisa rusak.

“Mereka terpaksa jual murah jagungnya, yah mau dibilang untung juga tidak. Karena ini tenaga, pupuk, dan perawatan,” ujarnya.

Bahkan beberapa pihak ketiga ada yang membeli hingga Rp2.600 per kilonya. Jagung ini pun, kata dia, tak bisa diserap oleh Bulog karena kadar air di dalam jagung dilaporkan tinggi dan tidak memenuhi standar mereka.

“Bayangkan itu kalau mau dijemur sampai 13 ton, siapa yang mau jemur banyak begitu, tambah rugi lagi kita,” katanya.

Adry mengatakan dirinya berharap harga ini kembali bisa stabil, apalagi masih ada beberapa lahannya yang belum panen.

“Kalau bisa Rp4 ribu rupiah itu sudah sangat untung mi kita, tapi ini malah Rp2.600,” ujarnya.

Sementara itu, salah seorang petani di Kelurahan Mampotu, Kecamatan Amali, Damang M, juga mengeluhkan masalah yang sama. Bahkan di wilayahnya hanya dihargai Rp2.500 saja.

Menurutnya, ini sangat tidak sesuai dengan upaya dan biaya yang dikeluarkan pihaknya.

“Ini terus begini, turun terus harganya, bagaimana kita petani ini mau sejahtera,” jelasnya.

Kepala Kantor Cabang Bulog Bone, Maysius Patintingan, mengatakan soal harga jagung ini, penetapan oleh Bulog tetap dengan harga minimum yakni Rp5 ribu per kilonya.

Hanya saja, penyerapan ini memperhatikan kadar air maksimal 14 persen. Sedangkan kondisi kebanyakan jagung di Bone jauh di atas itu. Ini membuat pihaknya tidak bisa melakukan penyerapan.

“Kami kan di gudang Bulog itu, cadangan air maksimal 14 persen. Kita di Bone ini dari segi sarana kan kita belum lengkap sarana pengeringan jagung. Kami lakukan penerapan untuk keringkan sendiri. Sampai kadar 14 baru kami jemput ambil barangnya,” ujarnya.

Standar ini diterapkan karena jagung ini harus disimpan lama di gudang milik Bulog, sementara jika kadar air yang disimpan ini tinggi, akan cepat rusak.

“Di Bone itu rata-rata kadar airnya 23, 24, 26 persen. Kami minta juga kesediaannya petani, untuk dikeringkan sampai kadar 14, baru simpan nanti kita jemput,” sambungnya.

Ia mengatakan total sudah ada sekitar 50 ton jagung yang telah diserap pihaknya. Dan ini masih terus dilakukan melihat masa panen. (an).

News Feed