“Kami menyadari literasi mendorong masyarakat untuk membuat keputusan keuangan yang bijak dan tentunya sesuai prinsip syariah. Kami akan terus meningkatkan literasi keuangan syariah karena produk dan layanan perbankan ini terus berkembang. Di sisi lain, BSI juga menyiapkan solusi keuangan komprehensif yang memenuhi kebutuhan finansial, sosial dan spiritual sehingga literasi dan inklusi ini akan tumbuh selaras,” ujarnya.
Pada acara yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen (KE PEPK) OJK Friderica Widyasari Dewi mengatakan hal senada dengan Dewi. Menurut Frederica, pihaknya mendorong agar pelaku jasa keuangan syariah terus berinovasi mengembangkan produk layanan.
“Kita bersama mencari cara-cara yang bisa menjangkau masyarakat yang sebetulnya hanya mau dengan syariah. Ini tugas Bapak Ibu semua bagaimana menjangkau saudara-saudara kita yang inginnya hanya buka syariah tapi mungkin secara akses kurang mendapat akses,” kata Friderica.
Dia mengatakan, literasi dan inklusi keuangan selaras dengan Asta Cita Pemerintah dalam pemerataan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Bahkan inklusi keuangan menjadi salah satu indikator utama pembangunan dalam RPJPN 2025-2045.
Terlebih, mengenai ekonomi syariah ini potensi pangsa pasarnya di Indonesia sangat besar dengan populasi Muslim yang sekitar 245,9 juta. Adapun indeks literasi keuangan syariah mengalami pertumbuhan pesat mencapai 39,11% pada tahun lalu, sedangkan pada 2022 sebesar 9,14%. Di sisi lain, inklusi keuangan syariah relatif stagnan dari 12,12% pada 2022 dan 12,88% pada 2024.