Ekspedisi Pelayaran Akademis III Korpala Unhas disiapkan. Perjalanan ilmiah untuk melestarikan dan mendalami budaya maritim Indonesia.
Sri Wahyuni
Tamalanrea
Ekspedisi Korps Pencinta Alam (Korpala) Unhas akan berlangsung selama 66 hari. Itu dimulai pada akhir bulan Juli. Rute pelayaran yang akan membawa tim peneliti sebanyak 10 Atlet enam dari tim laut dan empat tim darat dari Sulawesi menuju Singapura, Malaysia, dan Thailand. Total jarak tempuh yang akan dijangkau mencapai 2.356 mil laut, melintasi 65 etape.
Ekspedisi ini dilandasi oleh pemahaman mendalam tentang sejarah budaya maritim Nusantara yang merupakan sistem kehidupan yang kompleks dan kaya, yang mencakup aspek ekonomi, kepercayaan, kemasyarakatan, teknologi, kesenian, bahasa, dan pengetahuan.
Puncak kejayaan budaya maritim Nusantara terjadi pada awal Masehi hingga abad ke-17, ditandai dengan kemajuan teknologi pelayaran yang memungkinkan pelaut Nusantara menjelajahi wilayah yang sangat luas, jauh melampaui jangkauan pelaut Eropa pada masa itu.
Bukti kejayaannya terlihat pada undang-undang Malaka dan Amanna Gappa, yang kemudian diadopsi dalam Hukum Laut Internasional. Namun, saat ini, banyak aspek dari warisan maritim ini mengalami kemunduran dan terlupakan.
Ekspedisi Pelayaran Akademis III hadir sebagai upaya untuk melestarikan dan menghidupkan kembali warisan tersebut. Ekspedisi ini telah didahului oleh dua ekspedisi sebelumnya. Ekspedisi Pelayaran Akademis I menelusuri Jalur Perdagangan Bugis-Makassar, sementara Ekspedisi Pelayaran Akademis II menelusuri jalur perdagangan teripang dari Sulawesi ke Darwin, Australia.
Pengalaman dari ekspedisi-ekspedisi sebelumnya telah memperkaya pengetahuan dan mempersiapkan tim untuk tantangan Ekspedisi Pelayaran Akademis III.
Pada tahun 2024, Korpala Unhas juga berpartisipasi dalam Ekspedisi Bajau Sulawesi, yang merupakan bagian dari Festival Sama-Bajau, menyusuri rute Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Luwuk Banggai Sulawesi Tengah.
Ketua Panitia, Wana Widia mengatakan, ekspedisi ini menelusuri eksistensi kelompok Pengembara Laut/Sea Nomads sebagai komunitas masyarakat Maritim; dan mengidentifikasi karakteristik budaya kelompok Pengembara Laut/Sea Nomads berdasarkan pengaruh garis Wallace.
Ia menuturkan Tim ekspedisi terdiri dari berbagai kelompok ahli yaitu Tim Laut (Ketua Tim dan Atlet) yang akan mengoperasikan perahu Sandeq, Tim Darat yang bertanggung jawab atas logistik dan dukungan, sekaligus sebagai cadangan atlet
“Serta penasihat Teknis yang memberikan pendampingan dan partisipasi masyarakat pesisir dalam kelas bahari dan diskusi kelompok, Tim Khusus yang menangani aspek teknis persiapan,” ujarnya
Semantara Tim Laut Atlet, Ashrullah Djalil menyampaikan, selama pelayaran, tim akan melaksanakan berbagai kegiatan, termasuk seremoni penyambutan di Singapura (Orang Laut), Malaysia (Suku Laut), dan Thailand (Suku Moken). “Pengabdian masyarakat akan dilakukan melalui kelas bahari dan diskusi kelompok untuk pelajar di beberapa etape,” tuturnya
Puncak kegiatan adalah seminar internasional yang akan diadakan di Singapura, Thailand, dan Makassar, dengan fokus pada komunitas Suku Laut, Suku Moken, dan kerja sama dengan perguruan tinggi. Hasil ekspedisi akan dipresentasikan di Makassar. Ekspedisi ini diharapkan dapat menginspirasi anak muda untuk lebih memperhatikan dan melestarikan budaya maritim Indonesia, khususnya di Sulawesi. Ekspedisi ini juga dapat mengangkat nama Unhas dan Indonesia di kancah internasional, serta memiliki tujuan akademis yang kuat. (*/ham)