English English Indonesian Indonesian
oleh

Wabup Bone Dorong Optimalisasi Lahan dan Cetak Sawah di Rakor Kementan

FAJAR, JAKARTA – Dalam upaya mencapai swasembada pangan nasional, Kementerian Pertanian Republik Indonesia terus mendorong peningkatan produksi pangan dalam negeri melalui program optimasi lahan dan cetak sawah.

Sebagai langkah percepatan, Kementan menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Strategi Percepatan Kegiatan Optimasi Lahan dan Cetak Sawah 2025 di Hotel Aston Jakarta, Senin, 24 Maret 2025

Rakor ini dihadiri oleh Wakil Bupati Bone, Andi Akmal Pasluddin, didampingi Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Kabupaten Bone, Nurdin. Kegiatan tersebut dibuka oleh Plt Direktur Jenderal Lahan dan Irigasi Kementerian Pertanian, Husnain.

Rakor ini bertujuan memperkuat koordinasi antar berbagai pihak agar program optimasi lahan dan cetak sawah berjalan lebih efektif serta menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, dalam mewujudkan swasembada pangan.

Kementerian Pertanian menargetkan peningkatan produksi padi melalui perluasan lahan tanam dengan kegiatan Optimasi Lahan (Oplah) dan Cetak Sawah Rakyat (CSR) yang tersebar di 21 provinsi.

Berdasarkan evaluasi hingga Maret 2025, capaian pelaksanaan Studi Investigasi Desain (SID) serta konstruksi fisik Oplah dan CSR masih rendah.

Mengingat kinerja Oplah 2024 yang belum optimal, diperlukan komitmen dari semua pihak untuk mempercepat penyelesaian program dalam batas waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan tersebut, Andi Akmal Pasluddin menegaskan pentingnya optimalisasi lahan di daerah penghasil padi, termasuk di Kabupaten Bone. Menurutnya, dengan luasnya lahan pertanian yang tersedia, optimalisasi dan pencetakan sawah baru harus menjadi prioritas untuk meningkatkan hasil produksi.

“Kami berharap Kabupaten Bone mendapat perhatian lebih dalam program ini. Sebagai daerah penghasil beras terbesar kelima di Indonesia, kami membutuhkan dukungan penuh dalam bentuk optimasi lahan, pencetakan sawah baru, serta bantuan irigasi dan pompa air, termasuk pompa celup, agar air dari sungai-sungai dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pertanian,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa tantangan utama yang dihadapi petani di Bone saat ini adalah keterbatasan infrastruktur pengairan dan sistem irigasi yang belum maksimal.

“Jika irigasi dan sarana pendukung lainnya bisa ditingkatkan, maka produktivitas pertanian di Bone akan semakin baik, dan petani bisa lebih sejahtera,” tambahnya.

Selain membahas strategi optimasi lahan dan cetak sawah, rakor ini juga menyoroti pentingnya kerja sama antara pemerintah pusat dan daerah dalam memastikan program berjalan sesuai target.

Pemerintah daerah diharapkan mampu bersinergi dengan para pemangku kepentingan, termasuk akademisi dan pihak swasta, untuk mengatasi berbagai kendala di lapangan.

Plt Dirjen Lahan dan Irigasi Kementerian Pertanian, Husnain, menegaskan bahwa Kementan berkomitmen untuk terus mendukung daerah-daerah dengan potensi pertanian besar. “Kami akan terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah agar program optimasi lahan dan cetak sawah ini berjalan sesuai rencana. Dukungan dari daerah sangat dibutuhkan untuk mempercepat implementasi di lapangan,” jelasnya.

Melalui sinergi dan kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, serta TNI, diharapkan target swasembada pangan nasional dapat tercapai, sehingga ketahanan pangan Indonesia semakin kuat dan berkelanjutan.

“Kami optimistis, jika semua pihak bekerja sama, kita bisa mencapai target swasembada pangan dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri dalam produksi beras,” pungkas Andi Akmal.

Dengan berbagai langkah strategis yang telah dirumuskan dalam rakor ini, diharapkan implementasi program optimasi lahan dan cetak sawah 2025 dapat berjalan lebih efektif, memberikan manfaat langsung bagi petani, serta memperkuat ketahanan pangan nasional. (an)

News Feed