Lebih lanjut, Abdul Muttalib juga menyoroti pentingnya edukasi keuangan bagi masyarakat, khususnya dalam mengelola pengeluaran selama musim mudik agar uang yang dibelanjakan benar-benar memberi dampak positif bagi perekonomian lokal.
“Jika pemudik cenderung membelanjakan uangnya di pusat perbelanjaan modern atau membeli produk dari luar daerah, dampaknya bagi perekonomian lokal menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu, edukasi dan kampanye belanja lokal sangat penting,” tegasnya.
Sementara itu, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Nur Bau Massepe, menambahkan bahwa belanja pemudik di kampung halaman juga dapat membantu mengurangi ketimpangan ekonomi antara kota dan desa. Ia menjelaskan bahwa sering kali uang yang dihasilkan oleh masyarakat desa justru mengalir ke kota karena daya beli yang lebih besar berada di perkotaan.
“Dengan fenomena pemudik yang membelanjakan uangnya di daerah asal, kita bisa melihat adanya redistribusi ekonomi yang lebih merata,” ungkapnya.
Menurutnya, agar manfaat ekonomi dari pemudik ini lebih maksimal, perlu adanya kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektor ritel dan UMKM lokal. Pemerintah daerah bisa menyediakan insentif bagi pelaku usaha kecil agar mereka dapat meningkatkan kapasitas produksi selama musim mudik.
Selain itu, kampanye belanja lokal harus lebih masif agar pemudik semakin sadar akan pentingnya mengalokasikan dana mereka untuk mendukung ekonomi kampung halaman. Pemerintah daerah, bekerja sama dengan pelaku usaha dan komunitas lokal, dapat menggelar berbagai promosi dan event untuk menarik minat belanja masyarakat pada produk-produk lokal.