Selain meningkatkan ibadah secara individu, Usman juga menekankan pentingnya memperhatikan kesalehan sosial. Ia mengingatkan bahwa ibadah tidak hanya sebatas shalat, membaca Al-Qur’an, atau berzikir di dalam masjid, tetapi juga mencakup kepedulian terhadap sesama.
“Lailatul Qadr bukan hanya tentang mengejar pahala ibadah di dalam masjid, tetapi juga bagaimana kita meningkatkan kesalehan sosial. Perhatikan tetangga yang membutuhkan, berikan sedekah, dan tunjukkan kepedulian terhadap sesama,” ujarnya.
Menurutnya, Ramadan sejatinya adalah latihan untuk membentuk manusia yang lebih baik, bukan hanya dalam hubungan dengan Allah, tetapi juga dalam hubungan sosial.
“Kita sering berpikir bahwa orang bertakwa adalah mereka yang banyak beribadah. Padahal, takwa juga mencakup bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan toleransi, membantu sesama, dan membangun hubungan yang harmonis,” tambahnya.
Ia juga menyoroti pentingnya zakat fitrah yang menjadi kewajiban umat Islam di akhir Ramadan. “Syariat mewajibkan zakat sebagai bentuk kepedulian sosial. Itu artinya, di penghujung Ramadan, kita tidak hanya berfokus pada hubungan dengan Allah, tetapi juga pada hubungan dengan sesama manusia,” jelasnya.
Usman juga mengimbau para pengurus masjid agar tidak hanya fokus pada pengumpulan zakat fitrah atau penyediaan takjil berbuka puasa. Menurutnya, peran pengurus masjid sangat penting dalam menjaga semangat ibadah jamaah di 10 hari terakhir Ramadan.
“Pengurus masjid harus aktif dalam membimbing jamaah. Jangan biarkan masjid sepi di malam-malam terakhir. Buatlah program ibadah yang bisa memotivasi jamaah untuk tetap hadir, seperti kajian keagamaan, qiyamul lail, atau tadarus bersama,” katanya.