Dari sisi rasio keuangan, perbankan di Sulawesi Selatan masih dalam kondisi sehat. Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat sebesar 123,92 persen, menunjukkan bahwa perbankan masih agresif dalam menyalurkan kredit. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) masih terkendali di level 2,83 persen.
Sementara itu, perbankan syariah di Sulsel mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding perbankan konvensional. Pada Januari 2025, aset perbankan syariah tumbuh sebesar 20,62 persen (yoy) menjadi Rp16,80 triliun. Penghimpunan DPK meningkat 17,74 persen menjadi Rp11,88 triliun, sedangkan penyaluran pembiayaan melonjak 20,05 persen (yoy) dengan total Rp14,32 triliun.
“Perbankan syariah terus menunjukkan tren positif. Ini menandakan bahwa semakin banyak masyarakat dan pelaku usaha yang tertarik dengan layanan keuangan berbasis syariah,” kata Muchlasin.
Tingkat intermediasi perbankan syariah pun cukup tinggi, dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) mencapai 120,50 persen. Adapun tingkat kredit bermasalah (Non-Performing Financing/NPF) masih terjaga pada level 2,20 persen, menunjukkan bahwa risiko kredit tetap terkendali.
Dengan kinerja positif ini, Muchlasin optimistis sektor perbankan, baik konvensional maupun syariah, akan terus berkembang di Sulawesi Selatan. “Kami akan terus memantau dan memastikan stabilitas sektor keuangan tetap terjaga, sehingga dapat terus berkontribusi terhadap perekonomian daerah,” pungkasnya. (edo)