English English Indonesian Indonesian
oleh

Ma’Refat Institute Bahas Pemikiran Bung Hatta Tentang Al-Qur’an

Salah satu kutipan Bung Hatta yang menarik perhatian Zulkifli adalah soal keprihatinannya terhadap fakir miskin dan anak terlantar. Bung Hatta menulis, “Tetapi apa yang kita lihat di sekitar kita, di mana-mana terdapat orang-orang gelandangan, anak-anak telantar, orang meminta-minta sepanjang jalan. Tidakkah kita merasa berdosa kepada Allah dengan membiarkan mereka hidup telantar dalam negara kita yang mau melaksanakan sosialisme berdasarkan Pancasila?”

Zulkifli menutup sesinya dengan menegaskan bahwa sila kelima Pancasila, Keadilan Sosial, bagi Bung Hatta merupakan panggilan untuk membebaskan rakyat dari kemiskinan hidup.

Bung Hatta dan Konstitusi Sosial

Muttaqin menambahkan, pemikiran tersebut menjadi landasan Bung Hatta saat merumuskan Pasal 34 UUD 1945: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.”

Menurutnya, Bung Hatta adalah figur yang mampu memadukan pemahaman Al-Qur’an, sosialisme, dan realitas sosial secara utuh. Ia menegaskan bahwa Bung Hatta layak dilihat bukan sekadar sebagai ekonom, tetapi sebagai representasi manusia Indonesia ideal.

Mengutip Dr. Sukidi, Muttaqin menyebut Bung Hatta sebagai insan kamil dalam perspektif Ibnu Arabi.

“Apa yang ditulis, diucapkan, dan dilakukan Bung Hatta selaras satu sama lain,” tegasnya.

Melampaui Label “Bapak Koperasi”
Diskusi ini juga mengundang banyak respons dari peserta, di antaranya keprihatinan bahwa pemikiran Bung Hatta kerap tereduksi hanya sebatas “Bapak Koperasi.”

Padahal, gagasan dan warisannya sangat kaya dan relevan bagi kehidupan sosial-politik Indonesia hari ini.

News Feed