English English Indonesian Indonesian
oleh

Dari Sekolah Anak Harapan Makassar: Rumah Terapi Berkebutuhan Khusus

Sekolah Rumah Terapi Anak Harapan Makassar didirikan pada tahun 200. Banyak alumni dari sekolah ini yang sukses melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi.

IRMAWATI
Panakukang

Hujan deras yang mengguyur Kota Makassar pada Jumat, 14 Maret 2025, tidak menghalangi puluhan anak dari Rumah Terapi Anak Harapan untuk merayakan buka puasa bersama dengan anak-anak panti asuhan di Jl. Boulevard, Masale.

Dengan senyum lebar, para orang tua mengantarkan anak-anak mereka. Tawa bahagia juga terpancar dari wajah anak-anak Rumah Terapi Anak Harapan yang bertemu dengan teman-teman baru mereka. Semangat kebersamaan terasa kuat di acara ini, terlebih saat lima orang penerima berkah Ramadan mendapatkan uang tunai sebagai bentuk bantuan dari Rumah Terapi Anak Harapan.

Menjelang waktu berbuka puasa, Kiram Jaelani, salah satu murid terapi, melantunkan ayat suci Al-Qur’an dengan merdu, didampingi oleh Ustaz Syamsir. Sebelum azan berkumandang, para terapis, orang tua murid, dan puluhan anak dari Panti Asuhan Al-Kabiru bersama-sama bersalawat.

Rumah Terapi Anak Harapan, yang didirikan pada tahun 2007, awalnya hanya memiliki dua orang anak. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah anak yang dibimbing terus bertambah. Meskipun sempat mengalami masa sulit saat pandemi Covid-19, Rumah Terapi Anak Harapan berhasil bangkit dan terus memberikan pelayanan terbaik.

Saat ini, Rumah Terapi Anak Harapan memberikan bimbingan yang sistematis kepada 50 anak yang terdaftar, dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat tiga jenis pelayanan terpadu yang diberikan, yaitu Terapi Wicara (Speech Therapy), Terapi Fisik (Sensory Integration Therapy), dan Terapi Perilaku (Behavioral Therapy).

Pembina Yayasan Anak Harapan, Rahmat Abdul Haris, menjelaskan, sejak awal berdiri, yayasan ini fokus pada upaya mendidik anak-anak agar mandiri. Tujuan awal pendirian rumah terapi ini adalah untuk memberikan terapi kepada anak dari pihak pendiri yayasan. Namun, seiring berjalannya waktu, semakin banyak anak berkebutuhan khusus yang bergabung. “Meskipun rumah ini lebih banyak digunakan untuk terapi, saya tetap bersyukur karena dapat membantu anak-anak tersebut,” ujarnya.

“Kami memiliki banyak alumni yang terus berkembang dan sukses, bahkan ada yang melanjutkan pendidikan hingga jenjang S2 di luar negeri dan menjadi asisten dosen di Makassar. Namun, tujuan utama kami bukanlah kesuksesan, melainkan kemandirian anak-anak agar mereka dapat mengurus diri sendiri,” tambahnya.

Rahmat Abdul Haris juga menyoroti peningkatan gejala autisme di seluruh dunia. “Data terbaru menunjukkan bahwa satu dari 500 anak menyandang autisme. Oleh karena itu, kami hadir untuk membantu memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dibutuhkan oleh anak-anak tersebut,” jelasnya.

Penanggung jawab kegiatan, Tommy Julieardy, menambahkan bahwa anak-anak yang datang ke Rumah Terapi Anak Harapan memiliki beragam kebutuhan dan akan mendapatkan terapi yang sesuai. Keberhasilan terapi juga sangat bergantung pada komitmen orang tua dalam mendukung terapi anak-anak mereka, termasuk dalam hal pengaturan pola makan.

“Kami memberikan tiga jenis terapi, yaitu terapi perilaku, terapi bicara, dan fisioterapi. Setiap anak mendapatkan kombinasi terapi yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kebutuhan mereka,” jelas Tommy Julieardy.

St. Kurniah, penanggung jawab Rumah Terapi Anak Harapan, menegaskan komitmen mereka untuk terus memberikan pelatihan kepada anak-anak berkebutuhan khusus. “Yah, sampai kapan pun,” ucapnya. (*/ham)

News Feed