Maka dimulailah perjalanan barunya. Ia belajar tentang kopi dari nol. Cara menyangrai, menggiling, dan menciptakan berbagai varian yang sesuai dengan selera pasar. Ia menamakan usahanya Kopi Leluhur, sebagai bentuk penghormatan kepada para pendahulu yang telah menjaga tradisi kopi di keluarganya.
Namun, menjalankan bisnis bukanlah hal yang mudah, terutama bagi seseorang yang sebelumnya tidak memiliki pengalaman berwirausaha. Ia harus berjuang membangun jaringan, memahami seluk-beluk pemasaran, hingga menghadapi berbagai tantangan produksi.
“Banyak yang meragukan saya. Ada yang bilang, ‘Kamu kan dulunya pramugari, apa bisa mengelola bisnis kopi?’” katanya sambil tersenyum.
Akan tetapi wanita kelahiran Bandung, 24 Agustus 1976 ini tidak gentar. Ia tahu bahwa sukses tidak datang dalam semalam. Ia mulai memasarkan produknya dari mulut ke mulut, menawarkan kopi buatannya ke kafe-kafe kecil di Makassar.
Namun, terobosan besar baru datang ketika ia bergabung dengan program UMKM BRI. Melalui program UMKM BRI, Ade mendapatkan akses ke berbagai pelatihan, pameran, serta pendanaan. Ia belajar bagaimana mengelola bisnis dengan lebih profesional, memahami strategi ekspor, hingga cara menarik perhatian pasar luar negeri.
“Dari program ini, saya mendapatkan banyak ilmu dan kesempatan. Saya diajak ikut pameran di Jakarta, bahkan sampai ke luar negeri,” katanya.
Pameran-pameran tersebut membuka jalan bagi Kopi Leluhur untuk dikenal lebih luas. Dari Jakarta, kopi buatannya menarik perhatian buyer dari Mesir. Permintaan pertama datang dalam jumlah kecil, tetapi seiring waktu, pesanan mulai meningkat.