“Kalau untuk green bean kopi, itu panennya per tahun. Jadi dalam satu kali panen itu, bisa menghasilkan sampai 60 ton. Nah, itu yang banyak dibeli sama cofee shop.Karena mereka sangrai kembali, baru mereka sajikan dalam bentuk minuman,” ujarnya.
Untuk kopi bubuk, Ade memproduksi hingga 1.500 kemasan per bulan, mulai dari berat 100 gram hingga 1 kilogram. Harga yang 100 gram (Arabica) Rp35.000, 200 gram Rp65.000 dan 1 kg dihargai Rp270.000. Kopi Leluhur juga menyuplai para cofee shop yang ada di beberapa kota seperti Lampung, Medan, Jakarta, Surabaya, Bandung dan Lombok.
Salah satu keunggulan dari Kopi Toraja adalah cita rasa yang khas. Menurut Ade, kopi Toraja di luar negeri memang sudah membuat banyak yang tertarik. Bahkan dikenal sebagai Queen Kopi. Selain itu, lanjut dia, pihaknya memang memproses itu dari hulu sampai hilir.
Ia tak hanya memberdayakan para petani kopi di Toraja, tetapi juga mengedukasi para petani kopi, mulai bagaimana menanam kopi, mengolah kopi di hulu agar menjadi kopi yang berkualitas.
“Meskipun ciri khas sudah ada, tetapi kita tetap jaga kualitas dan karakter kopi agar tetap konsisten. Dan memang cita rasa kopi Toraja itu sangat khas dan authentic,” jelasnya.’
Menurut ibu satu anak ini, kadang muncul rasa buahnya secara alami seperti buah lemon. Terkadang juga kalau dibuat racikan minuman kopi kekinian, itu akan keluar karamel dan juga coklat kacangnya dari rasa kopi alaminya.
Kian Diminati di Pasar Dunia
Kopi Leluhur semakin diminati di pasar ekspor. Negara tujuan ekspor terus bertambah. Setelah pengusaha kopi dari Australia, pengusaha dari Hong Kong juga tertarik. Mereka ketemunya di pameran.