English English Indonesian Indonesian
oleh

Dari Penyadap Nira ke Pengusaha Sukses, Bawa Manisnya Gula Aren Bone ke Dunia

EDWARD AS, Makassar

Di sebuah sudut Makassar, aroma gula aren yang khas menyeruak dari sebuah rumah produksi kecil. Di dalamnya, Sumarni tengah sibuk mengawasi proses pengolahan. Tangannya cekatan, matanya berbinar, menandakan kecintaan yang mendalam pada pekerjaannya.

Perjalanan Sumarni dengan gula aren dimulai pada awal pandemi, tahun 2021. Saat itu, ia baru saja kembali ke Makassar setelah bertahun-tahun berkarier di dunia pemasaran, termasuk bekerja untuk Nestle di Kalimantan. Pandemi memaksanya pulang, dan dalam masa-masa sulit itu, ia mulai berpikir untuk memulai usaha sendiri.

“Keluarga menyarankan agar saya mengangkat produk lokal. Dan kebetulan, sejak kecil, saya hidup dari gula aren,” kenang Sumarni.

Orang tuanya adalah penyadap aren di Kabupaten Bone, tepatnya di Kecamatan Bonto Cani. Dari hasil menyadap aren, mereka menghidupi lima anak hingga bisa mengenyam pendidikan tinggi.

Sumarni masih ingat betul perjuangannya semasa kecil. Setiap hari, ia dan saudara-saudaranya harus membawa gula aren ke desa sebelah demi mendapatkan selisih harga Rp500. Naik turun gunung, menyeberangi sungai, semuanya mereka jalani dengan tekad kuat. Jalan terjal dan medan yang sulit bukan halangan, justru menjadi pembentuk karakter dan keteguhan hatinya.

Kini, setelah bertahun-tahun berlalu, gula aren kembali menjadi bagian penting dalam hidupnya, tetapi dalam bentuk yang lebih modern dan inovatif. Ia menciptakan Clemira, sebuah merk gula aren yang bukan hanya mempertahankan cita rasa asli. Akan tetapi juga memberikan nilai tambah dalam kemasan dan bentuknya. Tak lagi berbentuk balok tradisional, Clemira menghadirkan gula aren dalam bentuk bubuk, cair, blok kecil, hingga yang siap makan langsung.

News Feed