Satu minggu sudah kita puasa. Apakah masih ada yang merasa lemas di siang hari setelah menjalani puasa enam hari? Saat satu minggu puasa tubuh sudah mulai beradaptasi dengan kondisi tidak makan minum selama 13 atau 14 jam. Kita di Indonesia masih bersyukur, di Eropa bisa sampai 17 jam, bahkan ada yang sampai 22 jam berpuasa di musim panas.
Secara mekanis pencernaan tubuh bekerja dalam mengolah makan. Di mulia di mulut, dimana makanan dihancurkan dan dilumat. Pada saat yang sama, pencernaan kimiawi juga terjadi, dimana air liur mengandung enzim ptialin yang memecah zat tepung menjadi glukosa. Selanjutnya lambung akan mengeluarkan zat asam agar terjadi proses penghancuran makanan yang kemudian menjadi zat-zat yang dapat diserap (absorpsi) oleh dinding halus setelah melewati lambung. Di usus halus, makanan akan dipecah lebih lanjut dengan bantuan enzim dari pankreas dan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati.
Ini semua bekerja selama 8 jam, 4 jam di lambung dan 4 jam di usus. Jika kita makan pagi pukul 07.00, maka 4 jam berikutnya lambung sudah istirahat bekerja, dan dilanjutkan 4 jam di usus. Jadi pukul 15.00 lambung dan usus sudah kosong. Tetapi, itu tidak benar-benar kosong karena belum selesai bekerja sampai pukul 15.00, kita makan siang pukul 13.00. Artinya makan siang akan dikerja sampai pukul 21.00 malam. Belum usai lagi istirahat, pukul 19.00 malam kita makan lagi hingga selesai bekerja mesin perut sampai pukul 03.00 dini hari. Padahal kita tahu makanan yang masuk tidak hanya makanan berat pada jam-jam makan, tetapi juga berbagai makanan kecil seperti cemilan dan makanan tambahan lainnya juga masuk di perut. Kapan bisa mesin pencernaan itu istirahat? Maka di bulan Ramadan inilah kesempatan mesin pencernaan kita bisa istirahat.
Pada bulan Ramadan, jika kita sahur pukul 04.00, maka tubuh mulai bekerja empat jam di lambung dan 4 jam di usus. Pukul 12.00 mesin pencernaan istirahat. Jadi hakikatnya puasa perut berlangsung saat usus halus selesai menyerap nutrisi dari makanan. Segera setelah 8 jam, tubuh kita akan mengambil glukosa yang disimpan di hati dan otot untuk menyediakan energi. Setelah simpanan glukosa habis, lemak menjadi sumber energi berikutnya bagi tubuh. Itulah sebabnya kita merasa tubuh terasa ringan. Tatkala tubuh mulai membakar lemak, bobot tubuh akan berkurang, tingkat kolesterol akan menurun, dan risiko diabetes akan berkurang. Akan tetapi, penurunan kadar gula darah akan menyebabkan tubuh lemah dan lesu. Kita mungkin juga mengalami sakit kepala, pusing, mual, dan bau mulut. Ini adalah saat tingkat rasa lapar berada pada titik paling intens, dan ini hanya berlangsung beberapa hari. Sekarang di hari tujuh nyaris kita tidak rasakan lagi.
Agar kebutuhan energi terpenuhi, pola makan saat sahur harus mencakup 40 persen makanan besar, 30 persen makanan kecil (sebelum imsak), dan jangan lupa minum 3-5 gelas air untuk menghindari dehidrasi ringan di siang hari. Ketika sahur usahakan makan dengan komposisi lengkap. Sementara saat berbuka, mulailah dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang ringan dan manis. Tujuannya agar cepat mengganti kadar gula darah yang sudah turun seperti teh manis, koktail, kurma. Setelah itu, baru makan lengkap usai salat magrib. Wallahu a’lam. (*/)