English English Indonesian Indonesian
oleh

Memahami Depresiasi Rupiah

Oleh: Muhammad Syarkawi Rauf (Dosen FEB Unhas)

HARIAN.FAJAR.CO.ID, MAKASSAR – Depresiasi mata uang rupiah dan beberapa mata uang Asia lainnya terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa waktu terakhir tidak mengkhawatirkan.

Hal ini merupakan fenomena jangka pendek sebagai respon terhadap kebijakan America First dan trade war dengan tarif impor tinggi yang digulirkan oleh presiden AS, Donald Trump. Pelemahan nilai tukar terjadi di hampir semua mata uang Asia. Dimana, pada minggu terakhir februari 2025, mata uang rupiah melemah 1,62 persen dari posisi 16.330 pada 20/02/2025 menjadi 16.595 rupiah per dollar AS pada 28/02/2025.

Demikian juga dengan Baht Thailand melemah sebesar 1,61 persen dari posisi 33,555 pada 20/02/2025 menjadi 34,191 baht per dollar AS pada 28/02/2025. Bahkan mata uang rupe, India yang merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam kelompok group of twenty (G20), mengalami pelemahan 0,89 persen dari 86,565 pada 20/02/2025 menjadi 87,397 terhadap dollar AS pada 28/02/2025.

Pada periode yang sama, mata uang salah satu anggota kelompok negara maju Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), won Korea mengalami pelemahan tertinggi sebesar 1,95 persen, yaitu dari 1.434,06 pada 20/02/2025 menjadi 1.461,03 won per dollar AS pada 28/02/2025.

Tren penguatan dollar AS tidak hanya terjadi terhadap mata uang Emerging Market Economies (EMEs), tetapi juga terhadap enam mata uang utama dunia, yaitu euro, yen Jepang, dollar Kanada, poundsterling Inggris, krona Swedia, dan Swiss franc.

News Feed