English English Indonesian Indonesian
oleh

Memahami Depresiasi Rupiah

Hipotesa Dornbusch overshooting menyatakan bahwa dalam jangka panjang, harga bersifat fleksibel. Sehingga harga barang akan melakukan penyesuaian dalam jangka panjang, yaitu harga mengalami kenaikan, permintaan uang riil turun, suku bunga naik dan nilai tukar akan kembali mengalami apresiasi.

Artinya, kecenderungan pelemahan rupiah dan beberapa mata uang Asia lainnya terhadap dollar AS adalah merupakan fenomena jangka pendek. Dimana mula-mula mata uang rupiah mengalami depresiasi tajam dalam jangka pendek dan dalam jangka menengah serta panjang akan kembali ke posisi mula-mula, sebelum terjadinya tekanan.

Kesimpulan ini diperkuat oleh kondisi faktor fundamental perekonomian nasional yang masih sangat baik. Dimana pertumbuhan ekonomi nasional masih sebesar 5,02 persen pada kuartal keempat, 4,95 persen pada kuartal ketiga, 5,05 pada kuartal kedua, dan 5,11 persen pada kuartal pertama tahun 2024.

Kinerja perekonomian nasional yang tercermin pada pertumbuhan ekonomi juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi AS yang hanya sebesar 2,5 persen pada kuartal keempat, 2,7 persen pada kuartal ketiga, 3,0 persen pada kuartal kedua, dan 2,9 persen pada kuartal pertama tahun 2024.

Demikian juga dengan perbedaan suku bunga kebijakan moneter Indonesia dan AS yang masih positif bagi Indonesia. Dimana, suku bunga The Federal reserve (The Fed) pada 18/12/2024 turun menjadi 4,5 persen dari posisi sebelumnya sebesar 4,75 persen pada 7/11/2025.

Sementara, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 5,75 persen pada 15/01/2025 dari sebelumnya sebesar 6,0 persen pada 18/09/2024 dan 6,5 persen pada 24/09/2024. Dimana, inflasi Consumer Price Index (CPI inflation) Indonesia hanya 0,76 persen pada januari 2025, 1,37 persen pada desember 2024 dan 1,55 persen pada novermber 2024.

News Feed