English English Indonesian Indonesian
oleh

Kodam XIV/Hasanuddin Topang Swasembada Pangan dan Penanganan Stunting

FAJAR, MAKASSAR-Tugas TNI bukan hanya untuk menjaga keamanan negara. Pasukan loreng tersebut juga terlibat mengatasi kesulitan masyarakat, seperti swasembada pangan dan penanganan stunting.

Panglima Kodam (Pangdam) XIV/Hasanuddin, Mayjen TNI Windiyatno mengatakan, Kodam XIV/Hasanuddin ditugaskan mendukung swasembada pangan serta upaya penanganan stunting di Sulsel.

Khususnya Sulsel yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian dan perikanan yang harus dimaksimalkan. Mereka menargetkan untuk meningkatkan produksi pangan hingga 5,5 juta ton tahun ini.

“Namun, tantangannya tidak mudah, terutama dengan adanya bencana banjir yang merendam sekitar 6.000 hektare sawah,” kata Mayjen TNI Windiyatno saat melakukan silaturahmi dengan awak media di Baruga lapangan golf Makodam/XIV Hasanuddin, Jumat, 28 Februari.

Jenderal TNI AD bintang dua tersebut menuturkan, kondisi ketahanan pangan nasional masih cukup stabil dibandingkan negara-negara lain seperti Malaysia, Filipina, dan Jepang yang mengalami penurunan stok beras. Dalam menghadapi tantangan tersebut, Kodam XIV/Hasanuddin terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah serta pihak terkait guna memastikan produksi pangan tetap berjalan dengan optimal.

Selain itu, pria kelahiran Pemalang, 24 Januari 1970 ini menekankan pentingnya diversifikasi pangan sebagai langkah strategis dalam menghadapi ketidakpastian produksi beras. Ia mengajak masyarakat untuk mengoptimalkan potensi pangan lokal seperti umbi-umbian, jagung, dan hasil perikanan yang melimpah di wilayah Sulawesi Selatan.

“Diversifikasi pangan adalah solusi jangka panjang yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap satu komoditas utama. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, kita bisa menciptakan ketahanan pangan yang lebih baik,” ulasnya.

Selain ketahanan pangan, suami dari Infita Kamalia ini juga menyoroti angka stunting yang masih tinggi di beberapa wilayah, termasuk di Sulsel yang berada di atas rata-rata nasional. Stunting adalah ancaman bagi generasi mendatang. Jika tidak ditangani, dalam 20–30 tahun ke depan, kita akan menghadapi generasi yang tidak mampu bersaing.

Ia menekankan, pola hidup sehat serta edukasi mengenai gizi harus terus diberikan kepada masyarakat, terutama bagi ibu hamil dan anak-anak usia dini. Kodam XIV/Hasanuddin juga bekerja sama dengan berbagai instansi untuk menyelenggarakan program edukasi dan pemberian makanan bergizi kepada keluarga yang berisiko mengalami stunting.

Sebagai bagian dari upaya membangun bangsa yang kuat, Pangdam juga menekankan pentingnya peran TNI dalam menjaga stabilitas dan kedaulatan negara. Ia menyoroti isu geopolitik dan energi sebagai faktor yang dapat memicu konflik di masa depan, serta perlunya diplomasi yang kuat. “Kita harus membangun masyarakat yang sehat dan kuat agar mampu bersaing dan menjaga kedaulatan bangsa,” akunya.

Alumnus Akmil 1992 ini mengajak semua pihak, termasuk media dan masyarakat, untuk bersama-sama mengambil bagian dalam upaya penanganan stunting dan swasembada pangan demi masa depan bangsa yang lebih baik. Keberhasilan program ini sangat bergantung pada kerja sama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan seluruh elemen masyarakat.

“Kami ingin lebih dekat dengan masyarakat. Kodam akan terus membuka diri untuk berdiskusi dan bekerja sama dalam membangun bangsa yang lebih kuat dan sejahtera,” pungkasnya.

Wakil Ketua Bidang Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulsel, Abdul Manaf Rachman menegaskan, pentingnya kolaborasi antara media dan berbagai pihak. Utamanya dalam menjalankan tugas jurnalistik yang beretika. Menurutnya media merupakan salah satu pilar penting dalam pentahelix, yang mencakup pemerintah, masyarakat, akademisi, dan media itu sendiri.

Meskipun tantangan yang dihadapi dunia jurnalistik saat ini, terutama dengan berkembangnya kecerdasan buatan (AI). Namun, Dewan Pers terus mengingatkan wartawan agar berhati-hati dalam menggunakan teknologi AI dalam pemberitaan. “Perbedaan antara berita haus dengan berita yang sebenarnya itu sangat tipis. Karena itu, wartawan harus tetap menjunjung tinggi etika jurnalistik dalam menggunakan AI,” bebernya. (edo/ham)

News Feed