Dia menjelaskan bahwa Indonesia mampu memproduksi 132,5 ton emas pada 2023, berdasarkan data World Gold Council. Kapasitas itu menempatkan Indonesia sebagai produsen emas terbesar ke-7 di dunia. Sayangnya, Indonesia terbilang masih berada dalam rantai nilai bawah di bisnis emas, karena ekspor gold dore sekitar USD5 miliar dan impor emas batangan sekitar USD2 miliar per tahun.
Kondisi itu, menurut Thendra, menjadi potensi besar bagi bank emas atau bullion bank dalam mengembangkan potensi bisnisnya. Studi internal HRTA juga menunjukkan bahwa potensi nilai rantai bisnis emas dari hulu ke hilir, seperti dari pertambangan emas, pemurnian dan manufaktur emas, hinnga ekspor, grosir, dan ritel bisa mencapai Rp482,6 triliun per tahun. BSI yang menjalankan bisnis bulion bank bisa berperan besar dalam ekosistem itu.
“Jika Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini, Indonesia akan menjadi pemain utama di Asia, setara dengan Singapura dan Dubai,” ujar Thendra.
Optimalkan Peluang
Ke depannya, bank emas diprediksi meningkatkan produk domestik bruto (PDB) hingga Rp245 triliun, investasi Rp47,4 triliun, dan peredaran uangRp156 triliun. Sementara itu Presiden Prabowo menegaskan bahwa peluncuran bank emas menjadi salah satu capaian positif dan terobosan menjelang hari ulang tahun ke-80 Republik Indonesia.
“Menjelang 80 tahun kita merdeka, dengan bangga pertama kali dalam sejarah bangsa Indonesia yang punya cadangan emas ke-6 terbesar di dunia untuk pertama kali akan memiliki bank emas,” ujar Presiden Prabowo saat meresmikan layanan Bank Emas BSI dan Pegadaian.