Selama proses penelitian, tim melakukan pengamatan dan pengumpulan data di Puskesmas Kassi-Kassi dan Tamangapa dengan melibatkan 247 anak di bawah usia dua tahun (baduta).
Penelitian ini fokus pada identifikasi risiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, termasuk pemantauan status gizi dan perkembangan motorik, kognitif, serta bahasa.
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa sekitar 20 persen anak mengalami suspek gangguan perkembangan. Hal ini menjadi perhatian serius karena gangguan pertumbuhan di usia dini dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan anak di masa depan.
Selain itu, tingkat kunjungan ke posyandu juga menjadi sorotan. Secara nasional, target kunjungan posyandu untuk anak adalah minimal 8 kali per tahun, Namun di dua puskesmas tersebut tingkat kunjungan didapati Kassi 80% dan Tamangapa 61%.
“Angka ini masih jauh dari target nasional. Kurangnya kunjungan posyandu menyebabkan status pertumbuhan anak kurang terpantau dengan baik,” kata dr Martira.
Ia menambahkan bahwa masalah pertumbuhan masih dijumpai perawakan pendek di PKM Tamangapa 26,6%. Lalu ukuran kepala kecil 20% Malnutrisi 24% PKM Kassi Masih sangat membutuhkan perhatian khusus.
“Berat badan anak yang mengalami peningkatan juga masih tergolong rendah, yang menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemantauan rutin di posyandu,” ucapnya.
Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kolaborasi antara tenaga kesehatan, pemerintah setempat, dan masyarakat menjadi kunci untuk meningkatkan kunjungan posyandu.