FAJAR, MAKASSAR-Universitas Hasanuddin (Unhas) menggelar kuliah umum bertajuk “From Campus to Global Impact: Membangun Karir di Sektor Formal Internasional”, Senin (24/2). Acara ini menghadirkan Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Dzulfikar Ahmad Tawalla, MIkom sebagai narasumber utama.
Kegiatan yang berlangsung di Arsjad Rasjid Lecture Theater, Universitas Hasanuddin, ini dihadiri sekitar dua ratus mahasiswa dari berbagai fakultas. Hadir mewakili Rektor Unhas, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Unhas, Prof. Drg. Muhammad Ruslin, M.Kes., Ph.D., SpBM(K), yang dalam sambutannya menekankan pentingnya dukungan bagi Unhas dalam pengembangan pendidikan dan karier mahasiswa.
“Kami berharap banyak pihak, terutama yang berada di puncak kekuasaan, memahami bahwa Unhas perlu mendapat dukungan lebih besar. Dengan jumlah student body mencapai 58 ribu mahasiswa, kami terus melakukan efisiensi pendidikan tanpa mengorbankan mutu, bahkan meningkatkan standar dengan kurikulum yang lebih maju, seperti program fast track,” ujar Prof. Ruslin.
Lebih lanjut, ia menyoroti peran Career Center Unhas dalam memperkuat soft skill mahasiswa.
“Bukan hanya ijazah yang dibutuhkan di dunia kerja, tetapi juga dua hingga tiga soft skill. Oleh karena itu, kami mengembangkan berbagai kegiatan yang mendukung pengembangan talenta mahasiswa, termasuk program yang memungkinkan mahasiswa mengambil hingga 20 SKS di luar program studi utama mereka,” tambahnya.
Sementara itu, mengawali paparannya, Dzulfikar Ahmad Tawalla menyinggung tren #kaburajadulu yang telah viral selama dua pekan terakhir. Ia menganggap tagar tersebut sebagai ekspresi sosial yang mencerminkan keresahan generasi muda terhadap kondisi dunia kerja.
Menurutnya, problematika ini disebabkan berbagai faktor, termasuk perkembangan digitalisasi dalam sepuluh tahun terakhir dan kemajuan pesat kecerdasan buatan (AI) dalam lima tahun terakhir, yang berkontribusi terhadap menurunnya rasio serapan tenaga kerja.
“Tagar #kaburajadulu adalah terminologi baru, tetapi fenomenanya sudah ada sejak lama. Kami ingin membawa tagar ini ke arah yang lebih positif. Kami berharap masyarakat yang bekerja di luar negeri dapat menyerap banyak hal baik, seperti relasi, teknologi, dan pengetahuan, yang kemudian dapat dikembangkan kembali di Indonesia,” ujarnya.
Ia juga menyoroti besarnya peluang kerja di luar negeri, dengan permintaan tenaga kerja asing yang diprediksi mencapai 1,6 juta orang. Tahun ini, Arab Saudi sendiri membutuhkan sekitar 200 ribu pekerja dari Indonesia.
Namun, Dzulfikar menekankan bahwa sebelum memutuskan untuk bekerja di luar negeri, calon pekerja migran harus mempersiapkan diri dengan matang.
“Harus ada lima kesiapan utama, yaitu kesiapan fisik, mental, kompetensi, dokumen, dan visa. Bekal paling penting adalah kompetensi bahasa,” tegasnya.
Di akhir pemaparannya, ia mengingatkan bahwa kesetiaan terhadap negara merupakan hal fundamental. Oleh karena itu, masyarakat yang ingin menjadi pekerja migran harus mengikuti prosedur resmi agar mendapatkan perlindungan yang maksimal.
Kuliah umum ini berlangsung interaktif, dengan antusiasme tinggi dari peserta. Banyak mahasiswa yang aktif bertanya kepada narasumber mengenai peluang dan tantangan bekerja di luar negeri. (*/)