Sementara itu, Ketua HPBD Sulsel, Dr. Azis Nojeng, M.Pd, menyampaikan bahwa seminar ini lahir dari keprihatinan terhadap semakin menurunnya penggunaan bahasa daerah di kalangan generasi muda dan masyarakat umum.
“Bahasa daerah tampaknya tidak lagi menjadi tren di kalangan anak muda dan masyarakat pada umumnya. Akibatnya, bahasa kita semakin tergerus oleh globalisasi dan modernisasi,” ujarnya.
“Salah satu topik yang dibahas dalam seminar ini adalah bagaimana menjaga eksistensi bahasa daerah di perantauan. Berbagai pemateri memberikan wawasan terkait strategi mempertahankan bahasa ibu bagi generasi muda yang tumbuh di lingkungan perkotaan atau luar daerah,” ucapnya.
Azis Nojeng mengungkapkan bahwa diskusi ini menyoroti pentingnya peran keluarga, komunitas, dan pendidikan dalam membangun kesadaran berbahasa daerah.
Ketua Panitia, Dr. Dirk Sandarupa, M.Hum, menegaskan bahwa seminar ini merupakan langkah awal untuk menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya bahasa daerah sebagai identitas budaya.
“Kami berharap seminar ini bisa menjadi pemantik gerakan yang lebih luas dalam menjaga kelestarian bahasa daerah ke depan, kami ingin melibatkan lebih banyak pihak agar bahasa ibu tetap lestari di tengah modernisasi,” ungkapnya. (ams)