“Investasi yang aman dimulai dari pemahaman yang baik. Kami mengimbau masyarakat untuk selalu mengecek legalitas penyedia layanan keuangan, memahami karakteristik produk, dan menghindari iming-iming keuntungan tidak masuk akal,” tambah Darwisman.
Sementara itu, pengamat ekonomi dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Abdul Muttalib Hamid, menilai langkah OJK ini sangat strategis dalam mendukung transformasi ekonomi digital. Menurutnya, Generasi Z memiliki potensi besar dalam mengembangkan sektor keuangan berbasis teknologi, tetapi tanpa edukasi yang memadai, mereka bisa menjadi korban investasi ilegal atau spekulatif.
“Regulasi yang diterapkan OJK harus bersifat adaptif agar bisa mengikuti perkembangan pesat di dunia keuangan digital. Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk universitas, akan sangat membantu menciptakan masyarakat yang lebih sadar terhadap peluang dan risiko dalam dunia investasi digital,” jelasnya.
Program DFL 2025 menjadi bagian dari rangkaian Bulan Literasi Kripto yang diselenggarakan di empat daerah di Indonesia. Melalui edukasi dan sosialisasi yang berkelanjutan, diharapkan generasi muda dapat lebih memahami manfaat, biaya, serta risiko investasi digital, sehingga mampu mengambil keputusan yang lebih bijak dan bertanggung jawab dalam mengelola keuangan mereka. (edo)
