“Saya ingin semua ibu-ibu ketua PKK dari tingkat kelurahan, kecamatan, kota, kabupaten, hingga provinsi, serta kader-kader yang ada, dapat memaksimalkan perannya dalam mencegah stunting. Dengan pencegahan, biaya juga bisa ditekan. Ini adalah salah satu upaya saya sebagai Ketua TP PKK Sulsel, karena tidak lama lagi tugas ini akan saya serahkan kepada ketua definitif,” tambahnya.
Dalam pemaparannya, dr Andi Indriaty Syaiful menjelaskan mengenai aspek-aspek dasar stunting. Ia juga mengungkapkan kaitan stunting dan 1.000 hari pertama kehidupan, yang mencakup masa kehamilan hingga usia dua tahun, merupakan periode emas bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
“Dari dalam kandungan hingga usia dua tahun adalah masa yang paling krusial. Saat lahir, perkembangan otak masih 25%, dan pada usia dua tahun sudah mencapai 80 persen. Ini adalah masa di mana kita harus memastikan anak mendapatkan nutrisi dan stimulasi yang optimal,” paparnya.
Dr Indriaty juga menyoroti faktor risiko stunting, seperti kelahiran prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), serta kurangnya pemantauan pertumbuhan anak. Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan dan kader posyandu sangat dibutuhkan untuk melakukan skrining dan deteksi dini.
Sementara itu, dr. Fadli Ananda menegaskan pentingnya edukasi bagi ibu-ibu dalam mencegah stunting. Salah satu hal yang ditekankannya adalah perencanaan kehamilan yang baik.
“Saya melihat masih banyak ibu-ibu yang mengalami kehamilan berulang hingga enam atau tujuh kali. Ini merupakan faktor risiko tinggi yang dapat berdampak pada kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu, edukasi mengenai pentingnya perencanaan kehamilan dan pemantauan kehamilan secara rutin sangatlah diperlukan,” ungkapnya.