Aspikom, lanjut Majid, memiliki fokus pada tata kelola program studi, kurikulum, serta akreditasi. Ia juga menekankan pentingnya memunculkan keunikan dari masing-masing program studi komunikasi di Indonesia Timur.
Selain itu, Aspikom juga merespons keberadaan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) yang berperan dalam penilaian kualitas program studi komunikasi di perguruan tinggi.
Ketua Aspikom Pusat, Dr S. Bekti, menegaskan bahwa pelantikan ini merupakan bagian dari proses rutin organisasi. Ia juga menyoroti pentingnya peran Aspikom Sulselbar sebagai tuan rumah Kongres Nasional Aspikom yang akan digelar pada Juli mendatang.
“Kami melihat ini sebagai momen strategis. Makassar akan menjadi tuan rumah Kongres Nasional yang dihadiri sekitar 350 perguruan tinggi se-Indonesia. Ini bukan hanya soal kepanitiaan, tetapi juga tentang membangun solidaritas di kalangan akademisi komunikasi,” jelas Bekti.
Menurutnya, seminar nasional ini sangat relevan dengan kondisi saat ini, di mana teknologi semakin berkembang pesat. Ia menilai AI memberikan kemudahan bagi manusia, tetapi di sisi lain juga menimbulkan dampak negatif yang harus diantisipasi.
“Akademisi ilmu komunikasi harus siap menyelaraskan AI agar bisa menjadi alat bantu dalam perkembangan ilmu komunikasi, bukan justru menggantikan peran manusia sepenuhnya,” tambahnya.
Ketua Dewan Pakar Aspikom, Prof Dr Muh Akbar, berharap kepengurusan yang baru bisa menjalankan program lebih baik dari sebelumnya. Ia mendorong agar kegiatan akademik dan diskusi ilmiah semakin diperbanyak.