English English Indonesian Indonesian
oleh

Efisiensi : Analisis Pram dan Realisme Sosialis

Apakah hari ini kita masih memiliki kepedulian akan lingkungan sekitar yang cukup meresahkan?

Baru-baru ini keluar kebijakan pemerintah, atas dasar efisiensi maka pendidikan dipangkas anggarannya. Sementara potret kabinet hari ini makin bertambah dengan ditambahkannya staf khusus di kementrian. Apakah efisiensi yang dimaksudkan adalah hak rakyat dipangkas, lantas memberi kesejahteraan ditataran elite?

Tulisan ini cukup menggelitik, sebab saya terpantik mengambil istilah Pram yang mengasuh LEKRA dengan fondasi pemikiran realisme sosial. Saya menganggap bahwa para organisisasi, aktivis, mahasiswa, kelompok kreatif dan rakyat pada umumnya mesti menyalurkan energi dan pikirannya untuk memberi perhatian pada anggaran pendidikan yang terpangkas. Ini menyangkut masa depan generasi bangsa dan kehidupan kita semua di masa mendatang.

Saya teringat pasca Prabowo terpilih dengan semangat yang menggebu-gebu ditopang dengan visi yang cukup visioner, pemberantasan korupsi sungguh cita-cita luhur, namun apa yang terjadi di lapangan sangat berbeda. Justru semangat yang menggebu-gebu itu makin melunak.
Di tambah lagi pemangkasan anggaran pendidikan sebagai tanda bahwa Prabowo tak perduli dengan kemanusiaan Indonesia. Bumi manusia hari ini makin rancuh, kalau era Minke dahulu berjuang melawan penjajah, hari ini benar bahwa “rezim sedang menjajah dan memiskinkan rakyatnya sendiri.” Sementara elite kabinet makin sejahtera, berbahagia terpantau melalui pltaform media sosial.

Kalau garis besar kebijakan hari ini tidak bertumpu pada rakyat seperti halnya pendidikan dan kesehatan. Maka bangsa kita akan mengalami kemunduran, jauh dari cita-cita ideal kita UUD 1945, apalagi Indonesia emas 2045.
Atas dasar efisiensi pendidikan dikorbankan, maka akan banyak rakyat yang tidak akan mengenyam pendidikan dan mematikan harapan bangsa.

News Feed