Lebih lanjut Darwisman menuturkan sektor peternakan juga menunjukkan pertumbuhan yang positif, dengan kontribusi sebesar 6 persen terhadap sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Serta pertumbuhan 6,49 persen pada 2023. Produksi daging di Sulsel didominasi oleh daging sapi, yang mencapai 63,15 persen dari total produksi daging ternak.
Di sektor perkebunan, penyaluran kredit didominasi oleh padi (46,48 persen), sementara di sektor peternakan, sapi potong (43,38 persen) dan unggas (34,09 persen) menjadi prioritas. Fokus kredit pada komoditas ini diharapkan dapat mempercepat peningkatan kapasitas produksi petani dan peternak.
“OJK Sulselbar melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) turut mendorong pengembangan budidaya pisang cavendish di beberapa daerah. Skala produksi terus meningkat dengan penambahan jumlah petani, luas lahan, serta keterlibatan perbankan dalam skema KUR,” akunya.
Hingga saat ini, fasilitas KUR untuk budidaya pisang cavendish telah terealisasi sebesar Rp5,76 miliar kepada 61 petani dengan luas lahan 58,43 hektare di Bone, Pangkep, Pinrang, Maros, dan Topoyo. Jumlah off-taker juga meningkat dengan masuknya PT NSA selain PT CAP. Bank yang terlibat dalam perjanjian kerja sama juga bertambah, dari sebelumnya hanya BPD Sulselbar, kini melibatkan BRI dan Bank Mandiri. Dengan skema KUR, petani juga mendapat perlindungan asuransi dari Askrindo, Jasindo, dan Jamkrindo.
“Potensi peningkatan budi daya pisang cavendish di Sulawesi Selatan sangat besar, dengan total lahan potensial mencapai 2.433 hektare yang tersebar di 10 kabupaten/kota. Akses keuangan bagi petani juga terus didorong dengan target mencapai Rp237,28 miliar dalam skema multiyears,” bebernya.
(edo)